(From: Science Direct)
Pada
bagian 2 ini, saya mencoba mengulas bagaimana proses urutan
terjadinya setelah sel darah merah selesai pengabdiannya dan kaitannya
dengan sakit kuning (jaundice). Sengaja saya pilih gambar di atas
untuk acuan keterangan di bawah, karena gambar di atas sedikit
lebih lengkap dari gambar lainnya yang saya google.
Setelah
sel darah merah komplit masa hidupnya 120 hari, atau bisa saja lebih
awal lagi karena kondisi kelainan hematologik, mereka dimusnahkan
secara reticuloendothelial system dan melepaskan kandungan/isi-nya ke
aliran darah, ditelan oleh macrophage, memecah hemoglobin kembali
menjadi heme dan globin.
Lingkaran
heme dibelah oleh enzim microsomal heme oxygenase untuk membentuk
biliverdin (Latin yang artinya hijau), kemudian dikonversi menjadi
tetrapyrolle pigment bilirubin oleh cytosolic enzim biliverdin
reduktase. Ini adalah unconjugated (=”indirect”) bilirubin yang
dilepaskan ke plasma yang mengikat albumin dengan ketat dan
ditranspor ke hati.
Karena
unconjugated bilirubin tidak larut dalam air, ia tidak bisa dibuang
melalui air kencing atau empedu. Namun, ia bisa larut dalam
lingkungan yang kaya lipid sehingga bisa menembus blood-brain barrier
dan plasenta.
Lanjut
ya!
Setelah
terpisah dari albumin di space of Disse, (space of Disse terletak
pada hati, antara sel hati dan sinusoid), unconjugated bilirubin
ditranspor ke membran plasma sel hati dan menempel di ekstraselular
binding protein (ligandin). Ia kemudian berkonjugasi dengan
glucuronic acid oleh enzim urididine diphosphate (UDP) glucoronyl
transferrase untuk membentuk bilirubin monoglucoronide dan
diglucoronide yang larut dalam air.
Conjugated
bilirubin dialirkan ke empedu oleh aktif transpor menembus membran
canalicular dibantu oleh multispecific canalicular transporter.
Ketika
eksresi conjugated bilirubin terganggu, muntahan pigmen dari sel hati
menyebar ke plasma, menyebabkan jumlah pigmen meningkat dalam plasma.
Dan karena conjagated bilirubin larut dalam air dan ikatannya tidak
kuat ke albumin dibanding dengan unconjugated bilirubin, sehingga ia
mudah difilter oleh glomerulus ginjal lalu muncul di urin (air
kencing), hal ini yang memberikan warna gelap pada kencing
(choluria).
Bila
bilirubin masuk dan berada di empedu, bilirubin masuk ke intestine
(usus kecil), di sini bakteri mengkonversinya sehingga ia kehilangan
warna yang dikenal dengan urobilinogen dan dikeluarkan melalui feses
(berak). Hampir 20% urobilirubin diambil lagi dan masuk sirkulasi
enterohepatic atau dikeluarkan melalui urin (air kencing).
Bila
sel darah merah mati lebih banyak dan fungsi hati pada bayi belum
sempurna, maka bilirubin akan melimpah di sekujur tubuh bayi dan
menyebabkan bayi menjadi kekuningan (jaundice). Ilustrasi di bawah bisa
memperjelas bagaimana jaundice terjadi pada bayi.
Seperti
telah kita diskusikan pada bagian 1. Hyperbiliribinemia dapat
diklasifikasikan berdasarkan tiga fase dari bilirubin hepatic
metabolisme: Uptake, Cojugated, dan Excretion. Namun dalam praktikal
lebih cenderung digunakan istilah: prehepatic, hepatic, dan
posthepatic. Berikut ini adalah bagaimana jaundice dibedakan:
ini pelajaran biologi tingkat tinggi, atau udah ilmu kedokteran yah
ReplyDeleteMekanisme yang kompleks
ReplyDeleteAlu pikir zakit kuning sebatas kurang nutrisi, vit D dan cahaya matahari. Kwkwkw