Cool Coolio, Gangsta's Paradise (Dangerous Minds)
Bila
terapi behavior lebih fokus pada meningkatkan, atau melemahkan, atau
membuang behavior (kebiasaan dan tingkah laku) yang diukur, dan
sangat sedikit memperhatikan pikiran pasien atau kognitif pasien,
dimana sebenarnya berkaitan dengan behavior itu sendiri. Ada dua
terapi yang akan dibahas di sini:
Terapi
rasional-emosi behavior
Terapi
ini juga disebut REBT (Rational-Cognitive Behavior Therapy) yang
dikembangkan Robert Ellis pada tahun 1955. Tujuan terapi adalah untuk
membuang akar keyakinan yang irasional dengan membantu orang-orang
mengenali pikiran-pikiran yang tidak akurat, tidak bijak, dan tidak
berguna.
Pikiran-pikiran
ini seperti yang terungkap dalam bentuk kata: Mesti (Mestikah aku
harus selalu sopan?), Perlu (Perlukah aku menang terus dalam
permainan bowling), Harus (Aku harus kurus dan cantik). Ellis
mengungkapkan pikiriran negatif prosesnya sangat gampang, segampang
kita mengungkap kata A-B-C. Prosesnya juga A → B → C yaitu
Activating event → Belief → Consequence emosi.
Persepsi
mempengaruhi semua pikiran, dan kemudian mempengaruhi tingkah laku.
Hal ini terlihat seperti menuangkan air panas mendidih ke dalam gelas
dengan separuh penuh atau separuh kosong. Contohnya, bayangkan kamu
baru saja mendapatkan undangan pesta ulang tahun (Activating event),
terus kamus berpikir, “Aku ga suka pesta, enakan di rumah nonton
drakor. Dia ngundangku karena ngarep kado dariku.” (Beliefs). Kamu
barangkali merasa tidak begitu senang bila kamu pergi (Consequence
emosi). Sebaliknya, bisa saja kamu berpikir, “Aku suka pesta
(Activating event). Bakalan ketemu teman dan teman baru, lagian aku
paling demen beliin kado lucu buat yang ultah.”(Beliefs). Terus,
kamu pun merasa akan menikmati momen indah (Consequence emosi).
Ellis
percaya bahwa pengalaman yang telah lalu berperan ke apa yang disebut
Beliefs, namun ia berpendapat bahwa kita tidak bisa mengubah apa yang
telah lalu, namun kita bisa mengubah cara kita di saat sekarang.
Terapi
kognitif behavior
Terapi
ini dikenal dengan CBT (Cognitive-Behavioral Therapy) yang
dikembangkan oleh salah satu pengikut Freud, Aaron T Beck. Saat ia
mempelajari depresi dari perspektif psikoanalitik, ia menjadi percaya
bahwa orang-orang yang depresi umumnya memiliki stereotype pola pikir
negatif dan pikiran kritis yang sepertinya melemahkan kemampuan dalam
berpikir dan memproses informaasi. CBT didasarkan pada kognitif
psikologi dan teori behavior.
Metode
Beck yang mendasari CBT adalah aktif, direktif, waktu yang terbatas,
dan pendekatan yang terstruktur yang digunakan untuk men-treat
berbagai psikisatrik disorder, seperti depresi, cemas, phobi, dan
masalah sakit lainnya. Ini berdasarkan pada prinsip teori yang
bagaimana orang-orang merasa dan bersikap dengan tegas oleh cara
mereka berpikir tentang dunia dan bagaimana mereka melihatnya.
Kognitif mereka didasarkan pada sikap atau asumsi yang berkembang
pengalaman sebelumnya. Kognitif ini bisa saja akurat atau atau bisa
saja lemah.
Menurut
Beck, kita semua memiliki schemata atau asumsi yang unik
tentang diri kita sendiri, orang lain, atau dunia di sekitar kita.
Respon yang cepat dan tidak dipikirkan sama sekali dalam sebuah
schema disebut automatic thoughts. Respon ini biasanya intens
dan sering muncul pada penderita psikiatrik, seperti depresi dan
anxiety. Sering automatic thought atau cognitive distortions tidak
rasional dan cenderung mengarah ke asumsi yang salah dan
misinterpretasi, contohnya, “Kalau saya tidak melakukannya secara
perfek, saya hanyalah pecundang.”
Pada
CBT, para terapis membantu pasien untuk mengubah cara mereka berfikir
dan mengurangi symtom. Pasien diajarkan untuk menenggelamkan pikiran
negatif mereka dan menggantikannya dengan yang positif dan lebih
rasional. Tugas-tugas “homework” sangat berperan dalam CBT.
Note:
Mengenal interplay antara kejadian, pikiran negatif, dan respon
negatif sangat bermanfaat bagi patient-care dan orang yang terlibat.
Intervention: supportive therapeutic measure, membantu pasien
mengidentifikasi pola pikir negative.
Mb, orang2 yang direkomendasikan ikut terapi ini yang menunjukan gejala apa?
ReplyDeleteNah ini dia terapi yang kurasa perlu bdirekomendasikan ke salah satu temanku yang selalu negatif thinking menilai seseorang.
ReplyDeleteSering aku kesal dengar dia bicarakan keburukan orang padahal tidak sesuai fakta.
Terimakasih untuk lasan yang informatif ini, kak.
saya dulu pernah diterapi saat anxieti kambuh
ReplyDeletetapi kurang tau juga termasuk ini
yang jelas saya lebih rileks dan pikiran saya jauh lebih positif
makasih penjelasannya mbak bermanfaat sekali