Garam
pink Himalaya
Setelah saya menonton masak memasak ala
the Kardashian di InStyle yang menggunakan garam pink Himalaya, saya
jadi berfikir juga mau menggantikan garam yang selama ini saya pakai.
Dari garam laut kristal putih biasa beralih ke garam yang “ayu”
dan unik dengan warna favorit, berwarna pink .
Saya
sudah mengenal tentang garam Himalaya ini sejak beberapa waktu yang
lalu. Pertamakali saya mengetahuinya, garam ini adalah dalam bentuk
bath salt yang banyak digunakan di spa. Belakangan saya baru
menyadari bahwa banyak di antara kita yang menggunakannya sebagai
pelengkap rasa, pengganti garam biasa. Garam pink Himalaya ini memang
telah banyak mengambil hati para ibu.
Garam
ini berasal dari batu galian di kaki Pegunungan Himalaya sekitar
wilayah Pakistan. Kalau garam sehari-hari yang kita pakai berwarna
putih, seperti garam meja ataupun garam dari kristalisasi air laut
yang mengandung sodium dan chloride, garam batu himalaya ini selain
mengandung sodium dan chloride sebesar 98%, ia juga mengandung unsur
lainnya seperti zat besi dan magnesium, sehingga garam himalaya ini
menyemburatkan warna pink lembut.
Zat
besi memang memberikan warna merah jika bersenyawa dengan unsur
tertentu lainnya. Seperti halnya warnah darah merah yang mengalir di
tubuh kita, zat besi di hemoglobin adalah zat yang memberikan warna
merah, dan warna merahnya makin cerah bila ia membawa oksigen.
Garam
pink Himalaya kasar dan halus
Tapi
kemudian saya berfikir, apa yang saya perlukan dari garam selain dari
rasa, meskipun kebanyakan orang bilang “tanpa garam, tidak ada
rasa”? Adakah yang lebih penting dari rasa asin?
Yodium...!!
Saya
akan kekurangan yodium (Iodine) tanpa garam ber-yodium. Masih ingat
waktu di kelas, seorang guru menjelaskan bahwa sebelum garam
ber-yodium ini banyak sekali penderita penyakit gondok, sehingga
pemerintah memasukkan unsur yodium ke garam untuk mencegah penyakit
gondok ini. Hampir setiap orang mengkonsumsi garam, berarti bila
sesorang mengkonsumsi garam, ia juga mengkonsumsi yodium. Hasilnya,
sekarang kita jarang dan hampir tidak ada, melihat orang yang bengkak
dilehernya karena sakit gondok, yang diakibatkan kekurangan yodium.
Well,
mengkonsumsi garam pink tidak ada salahnya. Buat saya pribadi, yang
barangkali dari makanan sehari-hari tidak memenuhi kebutuhan harian
yodium, garam pink hanya sebagai pelengkap. Ia tidak akan
menggantikan garam dari kristalisasi air laut (sea-salt) atau
garam meja (table-salt) yang ber-yodium.
harganya harganya n_n
ReplyDeleteBervariasi...bsa di cek di lapak....;)
Deletewarna garamnys lucu ya pink :D
ReplyDeletepink alami
Deleteaku kenal himalayan salt ini sejak anak ku mulai mpasi.
ReplyDeletepengen sih ganti pake garam himalan salt ini tapi kalo dipasaran jarang yang jual ya..
aku paling taunya di online shop aja
Lebih gampang via online mbak
Deletewah kalau lebih enak dan ada kandungan kesehatan nya, ane kira nggak perlu ragu gan. Tapi kalau harga nya lebih mahal ya kita perlu berfikir ulang hhhh :D
ReplyDeleteHarga lebih mahal...bukan garam ekonomis, buat "fancy" saja...dan tidak ber-yodium
DeleteWarnanya unyu.. Kalo dimasak buat kuah sop, kuahnya berubah warna gak ya.. ? ðŸ¤ðŸ¤ðŸ¤ðŸ¤ .. jadi gemez.. pingin nyoba tapi kayaknya disini belum pernah saya temui. Apa saya aja yang kurang merhatiin ? 🤔
ReplyDeleteSaya tahunya garam ini buat mandi mbak, sebagai "bath salt"...ternyata juga dipake untuk culinary
DeleteBaru tau ada garam Himalaya. Nice.
ReplyDeleteWarna pink yang menarik yaa
DeleteMenarik tapi asin
DeleteKalau ngga asin , bukan garam namanya...
Deletehihiihi :)
Boleh coba sekali2... Asal garam lokal tetap di hati.
ReplyDeleteSaya lebih memilih garam local, karena garam local lebih ber-yodium
DeleteOke mbak
DeleteMbak Lantana ganti desain blog lagi? Lebih bagusan juga, Mbak. Asal ukuran guruf memudahkan pembaca yang pakai komputer maupun ponsel.
ReplyDeleteSoal garam Himalaya, dari segi harga setahu saya mahal. Meski bentknya cantik dan menggoda, saya juga maunya pakai sesekali karena tak bisa menggantikan fungsi garam meja.
Setelah saya coba mengganti blog dengan mengikuti petunjuk yang dikasih, blog saya jadi acak-acakan, saya frustasi juga, satu bulan didiamin..akhirnya saya beli online di etsy dot com....belinya yang di shop yang kasih install gratis...jadi, dia yang ngerjakan semua, jadinya ya begini...saya sendiri susah bacanya, mesti membelalakkan mata ...hihihi, kalau minta dicustomize ada ekstra cost lagi...:( ya gimana, domain sendiri aja belum punya, mana harga template lebih mahal dari harga domain buat setahun, jadinya yang ada aja dulu...
DeleteSaya lebih memilih garam laut yang ber-yodium mbak...ntar kalau kurang yodium bsa berakibat sakit gondok...
saya baru dengar ada garam Himalaya. lucu, warnanya pink. BTW rasanya gimana mba, samakah?
ReplyDeleteSeperti garam umumnya, berasa asin..bener mbak, warnanya lucu
DeleteCakep warna garamnya ya ..
ReplyDeleteBuat disimpan di toples kayak difoto itu atau juga di wadah kristal lainnya, ruangan jadi tampil chic
Niatnya mau dinikmati, eh malah jadi dekorasi...tapi, bener loh, nambah indahnya ruangan
DeleteIya, bener.
DeleteAda rasa ngga tega buat dijadiin bumbu pelengkap .. soalnya begitu lumer kena air, udah ngga kelihatan lagi warna cutenya :)
Eh kok baru teringat ya ..
Nama garamnya kayak rada-rada mirip namaku, sama-sama pakai nama HIMA ... wwwkkk :D
Soalnya tau ngga, kaaak ...
Nama gunung Himalaya ini punya sejarah keterkaitan dengan namaku yang kugunain sampai sekarang ini sedari kecil dulu belum sekolah loh ..., panjang kalo kuceritain.
Jadi, sssst padahal nama asliku di akte bukanlah Himalaya, eh# Himawan :)
Wah kak lantana update banget mengenai pergaraman heheh btw aku mah cari yang murmer aja kak.. hihi soalnya tar juga kan uda dimasak ilang tu penampakan garan hihi.. tapi pengen si skali2 coba siapa tau masakan jd lebih enak.
ReplyDeleteKelihatannya "fancy" tapi rasanya sama aja ama yang putih...ga ada beda...
Deletebetul kak tapi kalau pengen nyoba sensasi makan garam pink gada salahnya mencoba walaupun harga agak mahal ya kak
DeleteGaram himalaya konon dipilih karena dipercaya bebas dari pencemaran juga. Sementara garam yang biasa kita konsumsi berasal dari air laut yang dikhawatirkan telah tercemari...bahkan untuk kalangan ketoer (pelaku ketofastosis) garam ini diemut seperti permen...
ReplyDeleteBenar begitu mbak, kalo garam laut kita kemungkinan tercemar? Saya sukanya garam laut dari pada garam meja atau garam lainnya.
DeleteSaya juga baru tahu kalau garam Himalaya ini hanya diemut oleh ketoer...Thanks mbak infonya.
Wah warnanya canti dan unik ya kak. Kepingin juga gunain garam pink dari Himalaya. Kalau mahal beli garam pink tapi ditarih di dalam toples kaca biar cantik buat hiasan lemari dapur. Hehehe..
ReplyDeleteBuat saya pribadi, hanya warna yang menarik...yups enaknya buat pajangan doang dalam toples kaca..hihi
DeleteMemasak dengan mengganti garam pink Himalaya mungkin kaya lebih kekinian ya..? cocok para chef cantik....
ReplyDeleteTernyata chef cantik lebih cenderung ke warna pink yaa...?
Deletetemen saya juga ada yang jualan ini garam via whatsapp, mungkin lagi hits kayaknya ya kak, jadi nya banyak yang butuhin ini garam ;)
ReplyDeleteSepertinya sih begitu, kandungan mineralnya atau unsurnya lebih banyak, walaupun masih didominasi oleh sodium dan chloride, seperti garam lainnya.
DeleteYang penting asin aja deh hwehehehe
ReplyDeleteBener...kalo kurang asin, jangan sungkan buat nambahin garam...;)
DeleteBagi penghobi warna pink, apa tega nih warna cantik buat masak, apa di diamkan di toples aja buat pajangan hihihi
ReplyDeletePinknya lucu ya, disimpan dalam toples, untuk dijadikan hiasan dapur...lol
DeletePink lucu dan unyu. Pasti kalau ibuku ngerti garam pink gini seneng. Tapi, kok kalau aku mending garam apa saja deh ya yang penting asin. Hehehe...
ReplyDeleteTapi, masih bingung sih mending garam biasa atau garam pink?
orang kata garam himalaya bagus dan sangat sesuai yang mementingkan kesihatan..singgah sini dari Malaysia :)
ReplyDeleteIbu saya sekarang komsumsi garam pink ini karena penyakit darah tingginya, dan bener aja sejak konsumsi ini darah tingginya jarang kumat mba, karena ibu saya tuh sukanya makan yg asin2 klo gak asin gak nampol hehe
ReplyDeleteSaya kudet, baru tau dong garam ini hahahah
ReplyDeleteKepo juga, kalau dipakai buat masak, apa kuah masakan jadi pink juga kah?
Tapi emang ya, selain rasa, hal penting yang kita perlukan adalah Yodium.
Saking pentingnya, bahkan ada garam yang dijual ditambah yodium lagi.
Kalau saya mungkin masih setia ama garam lokal, yang cap kapal bukan yang lain.
gak tau kenapa, rasanya cuman garam itu yang enak hahaha
Mana nih produsen garam cap kapal, kali aja mau endorse, biar sesekali endorse garam :D
Baru tahu saya, Kak, ada garam pink (dari Himalaya ini). Enak dilihat, dan kalau disimpan di wadah tembus pandang / botol kaca mini, jadi muanis banget haha. Tapi jelas seperti yang Kakak tulis, pilihan yodium itu ... harus tetap garam yang biasa kita konsumsi sehari-hari.
ReplyDeleteNah ini juga yg bikin aku galau dr kemaren. Pengen beli himalayan salt, harganya kan mayan. Tp trus kok ya ga ada yodium nya. Jd agak ragu. Jadi akhirnya aku tetap pakai sea salt
ReplyDeletekayaknya enak nih
ReplyDelete