Saturday, August 8, 2020

Psychiatric 14. Evaluasi psikoseksual untuk penjahat kelamin (sexual offense)


Lukisan Koleksi Jade Brady Art

Evaluasi psikoseksual (psychosexual evaluation/PSE) adalah sebuah metoda yang digunakan oleh pengadilan, jaksa penuntut, dan pengacara tertuduh untuk menyediakan dasar ilmiah dalam menentukan apakah seseorang akan mengulang perbuatan kriminal seksnya.

PSE merupakan assessment informasi empiris perkembangan seksual seseorang, seksual histori, paraphilia atau kelainan interes seks, dan kemungkinan untuk melakukan kejahatan seks. Evaluasi akan mengidentifikasi treatmen apa saja yang diperlukan dan bertujuan untuk perencanaan treatmen yang cocok.

Evaluasi psikoseksual meliputi:
   Clinical interview: kumpulan data subyektif dari penderita, famili, pasangan seks, psikiatrik record, catatan polisi.
   Sexual history: paparan prilaku seks di masa anak-anak, edukasi seks, umur di saat pertamakali menyadari interest pada seks, permulaan masturbasi, histori sexual abuse (relation to the offender).
   Sexual behavior: minat seks, pasangan seks, dorongan ke arah prilaku seks, emosi yang berkaitan dengan prilaku seks, penggunaan pornografi (internet), penggunaan alat bantu seks (drugs, dildos), kelemahan yang berkaitan dengan prilaku seks, jumlah waktu yang digunakan dalam seksual prilaku.
   Paraphilic behavior: review semua sistem untuk setiap parapilic disorder.
   Formal testing: objeyktif testing sexual interest
   Abel assesment of sexual interest: menentukan seksual interest dengan mengukur lamanya penderita melihat ke images (visual reaction time) laki-laki dan perempuan dari berbagai usia di computer screen.
   Polygraphy: Menggunakan reaksi fisiologi untuk menen tukan kebenaran dari subyek, biasanya untuk menyediakan histori seks penderita (menggunakan pornografi, minat terhadap anak-anak, sentuhan seks). Invasive test.
   Penile plethysmography: meggunakan alat yang lngsung dipasang ke penis menentukan minat seks dengan mengukur “bengkak”nya penis dengan berbagai audio dan visual stimuli. Invasive test.
   Actuarial tools: Static 99-R; Sex Offender Risk Appraisal Guide (SORAG): Menentukan resiko komitmen future seksual offense berdasarkan signifikan risk faktor secara statistic.

3 comments:

  1. Nah, karena kurasa kejahatan seksual masih banyak terjadi memang ada baiknya sedari dari dini anak-anak diedukasi pelajaran tentang seks di sekolah agar mereka paham dengan baik.
    Demikian juga peran serta orang tua mendidik anaknya.

    ReplyDelete
  2. Perilaku kejahatan seksual seseorang bisa dilandasi banyak faktor ya kak? Mungkin karena latar belakang punya pengalaman pernah menjadi korban, atau pelaku suka nonton video porno, atau memang pelaku memiliki penyimpangan seksual ya? Semoga pelaku-pelaku kejahatan seksual tsb mendapat hukuman yang setimpal di penjara. Amin.

    ReplyDelete
  3. Edukasi seks emang penting ya kak, biar ga terjadi hal2 yang ga diingkan kalau udah diedukasi

    ReplyDelete

@eerlinda2005