Sekedar ilustrasi: Koridor penghubung antara pesanggrahan dan convent
Hal
ini sebenarnya sangat umum, karena terkadang kita merasakan sakit,
tapi setelah ke dokter dan semua dicek, termasuk lab, dokter bilang
kita tidak apa-apa, dan kita puas, bahwa kita tidak sakit. Tapi
bagaimana kalau sebaliknya, “rasa” sakit makin menjadi-jadi parah
dokter bilang sehat dan hasil ceking dan lab normal. Kalau ini
berlangsung lama dan sangat mengganggu, bisa dimasukkan ke salah satu
disorder dari Somatic Symptom and Related
Disorder pada DSM-5.
Ada
ga di antara temans yang pernah dituduh memiliki penyakit
“hypochondriasis”? Saya adalah satu
penderita hypochondriasis ini, menurut teman sih. Hypochondriasis itu
adalah merasakan sakit yang berlebih-lebihan dari sakit yang
sebenarnya.
Waktu
itu saya merasakan ada kelainan di jantung, kalau berbaring saya
mendengar detak jantung saya begitu kuat dan cepat, mengakibatkan
saya sering terbangun dari tidur, saya juga sering merasakan sesak di
dada. Pergi ke dokter, cek sana sini dan uji lab, dan waktu itu
hasilnya jantung saya normal. Tapi saya ga percaya, tetap aja rasa
sesak, sakit, dan takut mati mendadak, saya menderita dan katakutan
hampir setahun, terus saya lupa, setelah 4 tahun saya cek lagi,
dokter bilang saya berada di borderline hypertension. OMG, ketakutan
saya ternyata berdampak memperburuk kondisi tubuh sendiri. Benar juga
ustadz bilang, kalau takut kamu berlebihan, justru ketakutan itu yang
kamu dapatkan.
Satu
lagi alasan kenapa teman saya mengatakan saya pesakitan
hypochondriasis, itu lho, kalau lagi mau “datang bulan” ampyuun
deh sakit, rasanya tubuh mau terpenggal antara atas dan bawah, nyeri,
mau marah terus, ngalahin temper tantrumnya dedek bayi, bawaannya
malaaasss. Padahal kalau saya lupa, saya sih okay aja. Benar juga
kata para ahli, seksi untuk kategori penyakit ini didominasi oleh
kaum hawa.
Hypochondriasis
merupakan salah satu term yang digunakan di DSM-4 dan DSM-4 TR, namun
istilah ini tidak ditemukan di DSM-5. Apa saja Somatic Symptom and
Related Disorder pada DSM-5? Berikut ini saya ringkaskan sebagai
catatan untuk persiapan test psychiatric nanti.
So,
beberapa kategori yang berada dibawah Somatic
Symptom and Related Disorder meliputi: Somatic Symptom
Disorder, Illness Anxiety Disorder, Conversion Disorder, dan Other
Specified Somatic Symptom and Related Disorder (termasuk Pseudocyesis
atau false believe menjadi hamil berkaitan dengan tanda-tanda
obyektif dan laporan gejala kehamilan).
Somatic
Symptom Disorder
Kriteria
diagnosa Somatic Symptom Disorder menurut DSM-5 yaitu pikiran,
perasaan, dan prilaku yang berlebih-lebihan berkaitan dengan gejala
somatik atau berkaitan dengan kesehatan yang dimanifestasikan oleh
minimal satu dari berukut ini:
-Pikiran
yang ngotot, terus menerus, dan tidak setimpal tentang keseriusan
gejala-gajala sakitnya.
-Kecemasan
tingkat tinggi yang terus menerus tentang kesehatan dan gejalanya.
-Mencurahkan
energi dan waktu yang berlebih-lebihan terhadap gejala atau
kesehatannya.
Meskipun
salah satu dari gejala somatik barangkali tidak berkelanjutan saat
ini, namun ia menyatakan adanya gejala secara terus menerus (biasanya
lebih dari 6 bulan).
Satu
atau lebih gejala somatik sangat mengganggu dan merusak kehidupan
sehari-hari.
Bersambung
ke: Psychiatric 16. Menderita karena sakit namun penyakit itu tidak
eksis (Kedua)
Apakah Hypochondriasis itu sama dengan Somatic Symptom Disorder kak Lantana?
ReplyDeleteDSM-4 dan DSM-4 TR menggunakan istilah hypochondriasis, namun DSM-5, yang kita gunakan sekarang, hypochondriasis ini tidak digunakan lagi, karena dipilah menjadi dua, yaitu Somatic Symptom disorder dan Illness Anxiety Disorder.
DeleteYa, artinya ya sama aja :)
Saya kurang paham kalo masalah istilahnya, tapi teman saya ada yang pernah bilang dadanya sakit kayak ditusuk paku, tapi kalo di Rontgen tak ada apa-apa. Katanya sih dia dikerjai oleh saingannya dalam dagang. Apakah itu sebenarnya cuma gejala psikologis?
ReplyDeleteWaktu itu saya merasakan ada kelainan di jantung, kalau berbaring saya mendengar detak jantung saya begitu kuat dan cepat, mengakibatkan saya sering terbangun dari tidur,
ReplyDeletekalau time tidur pun boleh terjaga, jelas ia bukan perkara yang boleh dipandang enteng... kena segera bertindak...
Wah, mengerikan juga ya mbak, penyakit yang tak nampak tapi dirasakan diri kita? Setelah dicek sana-sini ternyata hasilnya bagus semua. Berarti ini pikiran dan jiwa kita mesti selarsa dengan raga. Ga boleh apa2 berlebihan ya. TFS.
ReplyDeleteEh iya bener kak Lantana, aku kalau mens tuh kadang sakit banget, tp kalau lupa lagi mens, mood lagi bagus lupa tuh kalau mens itu sakit, everything is ok. hahaha
ReplyDeleteWah kebetulan ada teman kantor yg mirip ini, terlalu cemas akan kondisi tubuhnya. Tapi emg orgnya panikan mb. Klo ada kerjaan gk beres dia kayak overthinking gitu
ReplyDelete