Setelah proses melahirkan (postpartum), seorang ibu mengalami perubahan, setidaknya perubahan hormon yang tidak bisa dielakkan. Begitu juga dengan perubahan psikologinya. Sering kita mendengar postpartum blues atau depresi. Walaupun keduanya sama-sama dialami setelah proses melahirkan, namun pengertian dan gejala keduanya sangat berbeda. Berikut ini saya rangkum dari beberapa sumber sehingga terlihat beda antara postpartum blues dan postpartum depresi.
Faktor-faktor yang memberikan kontribusi blues adalah rasa letih setelah melahirkan, perubahan hormon, perubahan peran, tekanan dari keluarga, juga masalah keuangan. Sementara faktor yang menyebabkan depresi diantaranya adalah si ibu pernah mengalami deperesi sebelumnya, juga faktor kemiskinan, kehamilan yang tidak diharapkan, kurang dukungan, bayi yang dilahirkan bermasalah dengan kesehatan.
Kecenderungan ibu hamil yang mengalami blues berkisar 50 hingga 60 persen dari para ibu yang melahirkan. Ya, dari setiap 10 ibu yang melahirkan, lima diantaranya mengalami blues. Berbeda dengan ibu yang mengalami depresi setelah melahirkan, hanya 10 hingga 15 persen saja.
Masa blues hanya sebentar saja, sekitar 1 hingga 10 hari setelah melahirkan. Kalau sudah lebih 2 minggu masih merasa blues, barangkali itu harus waspada, bisa saja ke arah depresi. Karena untuk depresi, perasaan ini bisa dirasakan hingga satu tahun setelah melahirkan, atau lebih, atau bahkan bertahun-tahun.
Apa saja tanda-tanda dan gejalanya? Biasanya ibu yang lagi blues, emosinya labil, naik dan turun, tangis dan tawa. Tapi kalau yang mengalami depresi, perasaannya tidak menentu, cemas, hopeless, tidak mau merawat diri sendiri dan bayinya, bahkan ada yang berfikir untuk bunuh diri.
Bagaimana cara mengatasinya:
Biasanya tim kesehatan yang merawat si ibu melihat gejala ini. Untuk postpartum blues, biasanya si ibu disarankan untuk tidur yang cukup, disarankan gerak (olah) tubuh, diberikan nutrisi yang cukup, disarankan juga keluarga atau orang terdekat memberi support si ibu juga turut menjaga dan merawat bayi.
Untuk yang mengalami postpartum depresi, biasanya tim kesehatan melakukan screening depresi, menganalisa gejala-gejalanya, dan diputuskan intervensi berikutnya.
salah satu faktor yang memberikan kontribusi blues adalah tekanan dari keluarga. contoh nya seperti apa? bukankah lagi seneng2nya pas baru lahiran, anak baru cucu baru dst.
ReplyDeleteramai yang sarankan, hal sebegini perlu diambil tahu oleh para suami. kalaulah hal sebegini ditekankan dalam kursus-kursus pra perkahwinan hari ini (di malaysia khususnya), saya berasakan para bakal suami/isteri akan lebih bersedia terutama mereka yang berkahwin pertama kali...
ReplyDelete