Thursday, February 13, 2020

Tidur..Tidur...Sebuah pandemi yang terlupakan dan masih menyimpan misteri

Cover buku Asleep.


Nenekku berumur 16 tahun saat dia tertidur.


Ketika dia mengingatnya lagi, yang paling dia ingat adalah putih dan kosong. Tidak putih seperti salju atau dinding yang baru saja dicat, namun ketidaksempurnaan karena adanya kekurangan, seperti kabut padat yang meliputi segala sesuatu yang dihampirinya. Dia juga merasa dingin, serasa meringkuk tidur di malam musim panas dalam sebuah wadah yang penuh es dan di depannya ada kipas angin. Segala sesuatunya terlihat dingin dan hampa dan putih.


Dia melihat dirinya berada pada sebuah ruangan, tapi dia tidak sendirian. Dia seperti dipelitur atau dipoles. Mulus dan dipahat seperti patung. Dia mencoba menggerakkan lengannya, tapi lengan tidak bergerak. Dia coba lagi, namun dia merasakan lengan, tangan, tungkai, dan kaki tidak lagi terhubung ke otaknya, tidak lagi menerima perintah. Pada titik ini, dia merasa ketakutan, dia merasa claustrophobic fear: Dia adalah sebuah patung.


Dia berjuang untuk tidak tenggelam dalam apa yang membuatnya stress, dia mulai menarik jauh, tertatih-tatih di tepian antara sebuah mimpi dan sadar. Akhirnya pikirannya mengatakan padanya bahwa dia hanya sedang bermimpi, hanya nightmare, dan dia merasakan lega yang menyeruak ke segala raga, seperti sebuah nafas di musim dingin. Dia mulai merasakan lembutnya sprei yang mengalasi tempat tidur di kulitnya, dan dia merasakan cahaya kekuning-kuningan dari arah timur jendela. Dia berjuang untuk keluar dari mimpi, tapi ini tidak terjadi. Perasaan bahwa sesuatu yang mengerikan sedang terjadi, rasa dari sebuah nightmare, tersisa.

Judul: Asleep: the forgotten epidemic that remains one of medicine's greatest mysteries.
Penulis: Molly Caldwell Crosby
Kategori: NON Fiction
Penerbit: Penguin Group New York
Terbit: 2010
Jumlah Halaman: 291
ISBN: 978-0-425-22570-7 (hardcover)

Sesuatu yang dia tahu dengan matanya yang tertutup. Di pagi hari, saat tirai dibuka dan lampu dimatikan, tercium bau minyak dari sumbunya. Ketika tirai ditutup lagi disaat hangatnya sore, seperti segumpal awan yang menutupi matahari. Dia merasakan aroma untaian Iris ungu yang diletakkan ibunya pada subuah vas di atas piano. Dan dia ingat bagaimana dia berada di tempat tidur ini, ketika pusing, demam, dan lemah, dia jatuh dari tangga di rumah orang tuanya ini.

Sesuatu yang dia tidak tahu dengan matanya terbuka. Seperti hilang keseimbangan. Dia tidak bisa merasakan dirinya sendiri. Tubuhnya tidak lagi menjawab pikirannya. Dia seperti terpenjara oleh kisi-kisi tulang dan berada di lorong tanpa jendela. Dia tidak mengenal suara-suara asing yang datang dan pergi dari ruangannya, berbaur dengan suara-suara orang tuanya. Dia mendengar mereka berdiskusi, sudah berminggu-minggu absen sekolah, dia mendengar mereka mengatakan, “sleeping sickness."

Saat itu tahun 1929, Virginia dan keluarganya, tanpa tahu bahwa dia bergabung dengan jutaan penderita dari global pandemic aneh, sebuah penyakit yang mengubah dunia pengobatan, namun menghilang dalam sejarahnya. Sebuah penyakit yang membunuh hampir satu juta orang dan meninggalkan derita mental pada sisa hidup mereka, Sebuah epidemic yang hampir satu century tetap menjadi misteri, dan barangkali akan datang menyerang lagi.

Dia adalah Virginia, dia adalah nenekku. Dia tidak membuka matanya, tidur, selama 180 hari. Virginia dan epidemic yang terlupakan.


Di atas adalah prologue yang saya sadurkan.


Bagian Pertama dari isi buku Asleep

Buku ini mengungkapkan beberapa kasus yang berkaitan dengan sleeping sickness atau encephalitis lethargica. Kasus Virginia hanya merupakan sebuah prolog dari buku ini, yang telah menginspirasi pengarang. Kasus-kasus penderita diungkapkan dengan detail pada setiap bagian buku ini. Bagian buku ini terdiri dari tujuh bagian atau Tujuh Case History, dan setiap case history terdiri dari beberapa bab. Jadi buku ini terdiri dari 25 bab.

Setiap case history, diberikan nama pasien (yang telah disamarkan) yang semuanya terserang penyakit sleeping sickness. Berawal dari seorang tentara di tahun 1916 (Austria) dan berakhir dengan kasus pasien bernama Philip tahun 1931 dan 2002 (London).

Walaupun buku ini non fiksi, namun buku ini lebih ke arah narasi dari pada klinis, dan cenderung mengungkapkan kejadian dan kondisi sosial yang diungkapkan dengan menarik.



21 comments:

  1. mb itu kisah nyata yang tertidur 180 hari? Kayak koma gitu atau gmn?

    ReplyDelete
    Replies
    1. penyakit itu mas, buku ini menceritakan kisah orang-orang yang terkena penyakit encephalitis lethargica. penyakit kuno di jaman dulu yang mematikan, serem sih, kayaknya :D

      Delete
  2. Sepertinya kalau baca novel ini jadi terbayang rasanya tidur 180 hari

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau kita yang tertidur emang gak nyangka sih bisa tidur selama itu, tapi kalau orang lain yang melihat pasti bakal cemas banget dan gak bangun bangun sampai selama itu.. Kira kira selama dia tidur dia ngapain ya, dan apakah ia sadar kalo dia tidur selama itu

      Delete
  3. Such an amazing prolog

    Kalimat pertama aja udah bikin Wow-ed kan

    jadi penasaran banget sama Virginia, dan tokoh-tokoh yang diceritakan setelahnya.
    Jadi pengen baca full bukunya dan merasakan langsung sensasi nya nihhhh

    ReplyDelete
  4. Aku masih ga bisa bayangin gimana critanya bisa tertidur 180 hari, gimana pula rasanya ya kak

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Oh iya, kalo tak salah memang ada suatu epidemi tahun 1930an yang membuat penderitanya inginnya tidur terus, semacam penyakit aneh.

    Sekarang yang lagi musim virus Corona.😂😭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah iya kah? Baru tau ada epidemi yang bikin ingin tidur terus. Kalau relate ke zaman skarang kayak anak rebahan kali ya. Yang bikin suka betah tiduran, scroll hp dan akhirnya ketiduran.
      Tapi anw, novelnya boleh juga kalau memang dari cerita nyata

      Delete
  7. buset cerita yg mengangkat seorang nenek tertidur selama 180 hari.. like setengah tahun tertitudr. wow

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ngga tertidur total sih selama 180 hari, cuma malas saja mata bangun gitu.

      Delete
  8. Bukunya cukup menarik kisahnya antara ada dan tiada. Syahdu yang menyimpan misteri.😊😊

    ReplyDelete
  9. Wah saya belum sempat habis baaca artikel atau tulisan ini
    Kapan kapan saya datang lagi

    Salam dari Pontianak

    ReplyDelete
  10. Itu buku luar yah mbak? Belum ada nih yah terjemahannya di Indonesia, keknya menarik untuk dibaca hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin mbak kuskus mau terjemahkan ke bahasa Indonesia mbak? 😃

      Delete
  11. sleeping sickness atau encephalitis lethargica ini serem juga ya penyakitnya, kira2 masih ada gak ya yang mengalaminya saat ini?

    ReplyDelete
  12. sy nak cuba carilah kat kinokuniya bookstore. sebab kat situ boleh cari buku2 seumpama ini. thanks 4 sharing

    ReplyDelete
  13. Meski non fiksi ko rasanya kaya ada di dunia nyata ya. Menarik nih, jd pgn baca

    ReplyDelete
  14. Mbak Lantana menarasikannya dengan bahasa nyastra yang mengalun berat dan berima. Itu memang ciri khas Mbak?Saya suka bacanya meski kerap cenderung muram. Membawakan sesuat dengan sudut pandang narasi yang berbeda dari percakapan verbal.
    Kasus tidur lama seperti itu pastinya akan sangta merepotkan sekali
    Oh ya, punten. milai spam score-nya masih tinggi. Barangkali banyak broken link. Cpba sesekali bersihkan itu. Bisa cek di situs brokenlink checker.

    ReplyDelete
  15. keadaan ku sekarang membuatku ingin merasakan hal itu mbak. hihi ^^
    semangat terus ngeblognya mbak. salam blogger pemula/

    ReplyDelete
  16. Bisa dikatakan mati suri jika seseorang tertidur sangat lama.
    Biasanya, seseorang yang telah tersadar dari tidur panjangnya akan bercerita banyak tentang pengalaman spritual yang ia lihat selama ia tertidur lama.

    Membaca atau juga mendengar kisah begini, bikin kita jadi tersadar untuk selalu berbuat baik selama kita masih diberi kesempatan hidup.

    ReplyDelete

@eerlinda2005