Cover buku Asleep.
Nenekku
berumur 16 tahun saat dia tertidur.
Ketika
dia mengingatnya lagi, yang paling dia ingat adalah putih dan kosong.
Tidak putih seperti salju atau dinding yang baru saja dicat, namun
ketidaksempurnaan karena adanya kekurangan, seperti kabut padat yang
meliputi segala sesuatu yang dihampirinya. Dia juga merasa dingin,
serasa meringkuk tidur di malam musim panas dalam sebuah wadah yang
penuh es dan di depannya ada kipas angin. Segala sesuatunya terlihat
dingin dan hampa dan putih.
Dia
melihat dirinya berada pada sebuah ruangan, tapi dia tidak sendirian.
Dia seperti dipelitur atau dipoles. Mulus dan dipahat seperti patung.
Dia mencoba menggerakkan lengannya, tapi lengan tidak bergerak. Dia
coba lagi, namun dia merasakan lengan, tangan, tungkai, dan kaki tidak
lagi terhubung ke otaknya, tidak lagi menerima perintah. Pada titik
ini, dia merasa ketakutan, dia merasa claustrophobic fear: Dia adalah
sebuah patung.
Dia
berjuang untuk tidak tenggelam dalam apa yang membuatnya stress, dia
mulai menarik jauh, tertatih-tatih di tepian antara sebuah mimpi dan
sadar. Akhirnya pikirannya mengatakan padanya bahwa dia hanya sedang
bermimpi, hanya nightmare, dan dia merasakan lega yang menyeruak ke
segala raga, seperti sebuah nafas di musim dingin. Dia mulai
merasakan lembutnya sprei yang mengalasi tempat tidur di kulitnya,
dan dia merasakan cahaya kekuning-kuningan dari arah timur jendela.
Dia berjuang untuk keluar dari mimpi, tapi ini tidak terjadi.
Perasaan bahwa sesuatu yang mengerikan sedang terjadi, rasa dari
sebuah nightmare, tersisa.
Judul:
Asleep: the forgotten epidemic that remains one of medicine's
greatest mysteries.
Penulis:
Molly Caldwell Crosby
Kategori:
NON Fiction
Penerbit:
Penguin Group New York
Terbit:
2010
Jumlah
Halaman: 291
ISBN:
978-0-425-22570-7 (hardcover)
Sesuatu
yang dia tahu dengan matanya yang tertutup.
Di pagi hari, saat tirai dibuka dan lampu dimatikan, tercium bau
minyak dari sumbunya. Ketika tirai ditutup lagi disaat hangatnya
sore, seperti segumpal awan yang menutupi matahari. Dia merasakan
aroma untaian Iris ungu yang diletakkan ibunya pada subuah vas di
atas piano. Dan dia ingat bagaimana dia berada di tempat tidur ini,
ketika pusing, demam, dan lemah, dia jatuh dari tangga di rumah orang
tuanya ini.
Sesuatu
yang dia tidak tahu dengan matanya terbuka.
Seperti hilang keseimbangan. Dia tidak bisa merasakan dirinya
sendiri. Tubuhnya tidak lagi menjawab pikirannya. Dia seperti
terpenjara oleh kisi-kisi tulang dan berada di lorong tanpa jendela.
Dia tidak mengenal suara-suara asing yang datang dan pergi dari
ruangannya, berbaur dengan suara-suara orang tuanya. Dia mendengar
mereka berdiskusi, sudah berminggu-minggu absen sekolah, dia
mendengar mereka mengatakan, “sleeping sickness."
Saat
itu tahun 1929, Virginia dan keluarganya, tanpa tahu bahwa dia
bergabung dengan jutaan penderita dari global pandemic aneh, sebuah
penyakit yang mengubah dunia pengobatan, namun menghilang dalam
sejarahnya. Sebuah penyakit yang membunuh hampir satu juta orang dan
meninggalkan derita mental pada sisa hidup mereka, Sebuah epidemic
yang hampir satu century tetap menjadi misteri, dan barangkali akan
datang menyerang lagi.
Dia
adalah Virginia, dia adalah nenekku. Dia tidak membuka matanya,
tidur, selama 180 hari. Virginia dan epidemic yang terlupakan.
Di
atas adalah prologue yang saya sadurkan.
Bagian Pertama dari isi buku Asleep
Buku
ini mengungkapkan beberapa kasus yang berkaitan dengan sleeping
sickness atau encephalitis lethargica. Kasus Virginia hanya merupakan
sebuah prolog dari buku ini, yang telah menginspirasi pengarang.
Kasus-kasus penderita diungkapkan dengan detail pada setiap bagian
buku ini. Bagian buku ini terdiri dari tujuh bagian atau Tujuh Case
History, dan setiap case history terdiri dari beberapa bab. Jadi buku
ini terdiri dari 25 bab.
Setiap
case history, diberikan nama pasien (yang telah disamarkan) yang
semuanya terserang penyakit sleeping sickness. Berawal dari seorang
tentara di tahun 1916 (Austria) dan berakhir dengan kasus pasien
bernama Philip tahun 1931 dan 2002 (London).
Walaupun
buku ini non fiksi, namun buku ini lebih ke arah narasi dari pada
klinis, dan cenderung mengungkapkan kejadian dan kondisi sosial yang
diungkapkan dengan menarik.
mb itu kisah nyata yang tertidur 180 hari? Kayak koma gitu atau gmn?
ReplyDeletepenyakit itu mas, buku ini menceritakan kisah orang-orang yang terkena penyakit encephalitis lethargica. penyakit kuno di jaman dulu yang mematikan, serem sih, kayaknya :D
DeleteSepertinya kalau baca novel ini jadi terbayang rasanya tidur 180 hari
ReplyDeleteKalau kita yang tertidur emang gak nyangka sih bisa tidur selama itu, tapi kalau orang lain yang melihat pasti bakal cemas banget dan gak bangun bangun sampai selama itu.. Kira kira selama dia tidur dia ngapain ya, dan apakah ia sadar kalo dia tidur selama itu
DeleteSuch an amazing prolog
ReplyDeleteKalimat pertama aja udah bikin Wow-ed kan
jadi penasaran banget sama Virginia, dan tokoh-tokoh yang diceritakan setelahnya.
Jadi pengen baca full bukunya dan merasakan langsung sensasi nya nihhhh
Aku masih ga bisa bayangin gimana critanya bisa tertidur 180 hari, gimana pula rasanya ya kak
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteOh iya, kalo tak salah memang ada suatu epidemi tahun 1930an yang membuat penderitanya inginnya tidur terus, semacam penyakit aneh.
ReplyDeleteSekarang yang lagi musim virus Corona.😂ðŸ˜
Wah iya kah? Baru tau ada epidemi yang bikin ingin tidur terus. Kalau relate ke zaman skarang kayak anak rebahan kali ya. Yang bikin suka betah tiduran, scroll hp dan akhirnya ketiduran.
DeleteTapi anw, novelnya boleh juga kalau memang dari cerita nyata
buset cerita yg mengangkat seorang nenek tertidur selama 180 hari.. like setengah tahun tertitudr. wow
ReplyDeleteNgga tertidur total sih selama 180 hari, cuma malas saja mata bangun gitu.
DeleteBukunya cukup menarik kisahnya antara ada dan tiada. Syahdu yang menyimpan misteri.😊😊
ReplyDeleteWah saya belum sempat habis baaca artikel atau tulisan ini
ReplyDeleteKapan kapan saya datang lagi
Salam dari Pontianak
Itu buku luar yah mbak? Belum ada nih yah terjemahannya di Indonesia, keknya menarik untuk dibaca hehe
ReplyDeleteMungkin mbak kuskus mau terjemahkan ke bahasa Indonesia mbak? 😃
Deletesleeping sickness atau encephalitis lethargica ini serem juga ya penyakitnya, kira2 masih ada gak ya yang mengalaminya saat ini?
ReplyDeletesy nak cuba carilah kat kinokuniya bookstore. sebab kat situ boleh cari buku2 seumpama ini. thanks 4 sharing
ReplyDeleteMeski non fiksi ko rasanya kaya ada di dunia nyata ya. Menarik nih, jd pgn baca
ReplyDeleteMbak Lantana menarasikannya dengan bahasa nyastra yang mengalun berat dan berima. Itu memang ciri khas Mbak?Saya suka bacanya meski kerap cenderung muram. Membawakan sesuat dengan sudut pandang narasi yang berbeda dari percakapan verbal.
ReplyDeleteKasus tidur lama seperti itu pastinya akan sangta merepotkan sekali
Oh ya, punten. milai spam score-nya masih tinggi. Barangkali banyak broken link. Cpba sesekali bersihkan itu. Bisa cek di situs brokenlink checker.
keadaan ku sekarang membuatku ingin merasakan hal itu mbak. hihi ^^
ReplyDeletesemangat terus ngeblognya mbak. salam blogger pemula/
Bisa dikatakan mati suri jika seseorang tertidur sangat lama.
ReplyDeleteBiasanya, seseorang yang telah tersadar dari tidur panjangnya akan bercerita banyak tentang pengalaman spritual yang ia lihat selama ia tertidur lama.
Membaca atau juga mendengar kisah begini, bikin kita jadi tersadar untuk selalu berbuat baik selama kita masih diberi kesempatan hidup.