Cardiopulmonary resuscitation atau CPR (credit: Verywell / Cindy Chung)
Cancelation of CPR Practice Class due to mandatory face mask
Masih harus nunggu
dalam dua minggu ini.
Jangan lupa registrasi
*****
*****
Kesuksesan penanganan terhadap seorang
korban serangan jantung dalam upaya mencegah potensi fatal,
tergantung pada pengenalan (mengenali) gejala awal yang dialami korban dan intervensi
terapi yang dilakukan.
Saat serangan jantung terjadi (cardiac
arrest), maka cardiac output terhenti. Tanpa cardiac output,
seseorang akan kehilangan denyut jantung dan tidak sadar (pingsan)
karena tidak cukup oksigen ke otak. Disaat cardiac arrest terjadi,
respiratory arrest juga terjadi.
Untuk mengatasi hal ini, maka perlu
dilakukan CPR (Cardiopulmonary resuscitation) yang juga dikenal
dengan istilah basic cardiac life support (BCLS). Lakukan CPR
sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan otak dan kematian.
Untuk tim medis, diperlukan training
khusus dalam melakukan advanced cardiac life support (ACLS), yaitu
kemantapan menggunakan Automated External Defibrillator (AED) atau
crash cart, meletakkan ECG elektroda di dada korban, dan mengaktifkan
monitor.
Jika korban dalam kondisi ventricular
fibrillation (FV) atau tidak ada denyut nadi, immediate priority
adalah defibrillate. Setelah defibrillate, lakukan CPR, CPR lanjut
terus kecuali saat defibrillation. Istilah “push hard dan push
fast” digunakan untuk meningkatkan sirkulasi selama resuscitation.
Jika ACSL ini berhasil dan korban
memiliki sirkulasi spontan return, lakukan hypothermia terapi. Uji
klinis telah membuktikan hypothermia terapi membantu melindungi
sistem saraf, khususnya otak. Korban biasanya diselimuti dengan
selimut dingin, atau bisa juga dengan hypothermia pads atau cara lain
untuk menjaga kondisi suhu korban pada 32 hingga 34 derjat C. Jaga
kondisi korban pada kisaran suhu tersebut selama 24 jam sebelum suhu
korban hangat lagi pada rate 0.5 hingga 1 derjat C per jam. Cardiac
support dan obat-obatan atau terapi lainnya juga perlu diberikan
selama proses di atas.
Kok tumben singkat artikelnya mbak.😅
ReplyDeleteCPR itu kelas informasi tentang cara menangani luka bakar, jatuh, keracunan, kursi mobil dan informasi keselamatan lainnya ya mbak??
Haha...udah ada sambungannya, jadi sedikit lebih panjang...
DeleteMaaf aku komen singkat saja ya, kak karena keingetan alm.papaku yang meninggal karena serangan jantung.
ReplyDeleteSaya ikutan sedih, Mas Hino
DeleteTerimakasih, kak Lantana.
Delete15 tahun sudah berlalu sejak papaku berpulang, tapi kadang masih keingetan kejadiannya.
Selimut dingin itu kaya apa mba? Bukannya selimut gunanya untuk menghangatkan badan?
ReplyDeleteSelimut berfungsi untuk keduanya, panas dan dingin. Kalau untuk dingin, biasanya selimutnya terbuat dari katun dan ada serat tertentu yang diletakkan di dalamnya, juga ada rongga untuk mengabsorb panas, sehingga tubuh kita jadi dingin dengan menggunakan selimut ini. Ada juga selimut yang dilengkapi dengan elektrik atau baterei, sehingga suhu selimutnya bsa diatur, mau panas atau dingin.
DeleteAda juga pake ice packs, konsepnya hampir mirip dengan kompres di kening bila kita demam, yang juga bertujuan menurunkan suhu badan.
Makasih banget mbak, udah mampir dan komen. Dari pertanyaan mbak, saya terinspirasi buat lagi satu tulisan, dan barusan saya post-kan :)
Saya suka kagum gitu lho sama orang yang pinter gunain CPR pas nolong orang, gak ada gugupnya sama sekali sepertinya ya
ReplyDeleteSaya juga mbak, kagum banget, mereka-mereka itu sepertinya life-saver, penyelamat jiwa...:)
DeleteJadi sebaiknya kita harus ikut kelas CPR ya kak Lantana?
ReplyDeleteteknik dasar seperti ini perlu juga ya dipunyai
ReplyDelete