Wednesday, May 27, 2020

CPR Class

Cardiopulmonary resuscitation atau CPR (credit: Verywell / Cindy Chung)


Cancelation of CPR Practice Class due to mandatory face mask

Masih harus nunggu
dalam dua minggu ini.

Jangan lupa registrasi

*****


Kesuksesan penanganan terhadap seorang korban serangan jantung dalam upaya mencegah potensi fatal, tergantung pada pengenalan (mengenali) gejala awal yang dialami korban dan intervensi terapi yang dilakukan.




Saat serangan jantung terjadi (cardiac arrest), maka cardiac output terhenti. Tanpa cardiac output, seseorang akan kehilangan denyut jantung dan tidak sadar (pingsan) karena tidak cukup oksigen ke otak. Disaat cardiac arrest terjadi, respiratory arrest juga terjadi.


Untuk mengatasi hal ini, maka perlu dilakukan CPR (Cardiopulmonary resuscitation) yang juga dikenal dengan istilah basic cardiac life support (BCLS). Lakukan CPR sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan otak dan kematian.


Untuk tim medis, diperlukan training khusus dalam melakukan advanced cardiac life support (ACLS), yaitu kemantapan menggunakan Automated External Defibrillator (AED) atau crash cart, meletakkan ECG elektroda di dada korban, dan mengaktifkan monitor. 


Jika korban dalam kondisi ventricular fibrillation (FV) atau tidak ada denyut nadi, immediate priority adalah defibrillate. Setelah defibrillate, lakukan CPR, CPR lanjut terus kecuali saat defibrillation. Istilah “push hard dan push fast” digunakan untuk meningkatkan sirkulasi selama resuscitation.


Jika ACSL ini berhasil dan korban memiliki sirkulasi spontan return, lakukan hypothermia terapi. Uji klinis telah membuktikan hypothermia terapi membantu melindungi sistem saraf, khususnya otak. Korban biasanya diselimuti dengan selimut dingin, atau bisa juga dengan hypothermia pads atau cara lain untuk menjaga kondisi suhu korban pada 32 hingga 34 derjat C. Jaga kondisi korban pada kisaran suhu tersebut selama 24 jam sebelum suhu korban hangat lagi pada rate 0.5 hingga 1 derjat C per jam. Cardiac support dan obat-obatan atau terapi lainnya juga perlu diberikan selama proses di atas.

11 comments:

  1. Kok tumben singkat artikelnya mbak.😅

    CPR itu kelas informasi tentang cara menangani luka bakar, jatuh, keracunan, kursi mobil dan informasi keselamatan lainnya ya mbak??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha...udah ada sambungannya, jadi sedikit lebih panjang...

      Delete
  2. Maaf aku komen singkat saja ya, kak karena keingetan alm.papaku yang meninggal karena serangan jantung.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih, kak Lantana.
      15 tahun sudah berlalu sejak papaku berpulang, tapi kadang masih keingetan kejadiannya.

      Delete
  3. Selimut dingin itu kaya apa mba? Bukannya selimut gunanya untuk menghangatkan badan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selimut berfungsi untuk keduanya, panas dan dingin. Kalau untuk dingin, biasanya selimutnya terbuat dari katun dan ada serat tertentu yang diletakkan di dalamnya, juga ada rongga untuk mengabsorb panas, sehingga tubuh kita jadi dingin dengan menggunakan selimut ini. Ada juga selimut yang dilengkapi dengan elektrik atau baterei, sehingga suhu selimutnya bsa diatur, mau panas atau dingin.

      Ada juga pake ice packs, konsepnya hampir mirip dengan kompres di kening bila kita demam, yang juga bertujuan menurunkan suhu badan.

      Makasih banget mbak, udah mampir dan komen. Dari pertanyaan mbak, saya terinspirasi buat lagi satu tulisan, dan barusan saya post-kan :)


      Delete
  4. Saya suka kagum gitu lho sama orang yang pinter gunain CPR pas nolong orang, gak ada gugupnya sama sekali sepertinya ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga mbak, kagum banget, mereka-mereka itu sepertinya life-saver, penyelamat jiwa...:)

      Delete
  5. Jadi sebaiknya kita harus ikut kelas CPR ya kak Lantana?

    ReplyDelete
  6. teknik dasar seperti ini perlu juga ya dipunyai

    ReplyDelete

@eerlinda2005