Monday, December 10, 2018

Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

Koleksi tas LV  (Ilustrasi/Foto: spottedfashion.com)

Senja menjelang lebih awal. Dingin di musim gugur dihangatkan dengan secangkir kopi dan semangkok bouillabaisse. Alya dan Dian memilih meja di dekat jendela.

Dian masih saja asik dengan video call. Alya tidak ingin melewatkan sedetik pun keindahan dan kemilau Paris, ia memilih duduk saja dengan tenang, membiarkan matanya menikmati suasana dan lalu lalang pejalan kaki dari pinggir jendela.

Sinar matahari sirna total, digantikan oleh gemerlap lampu Paris kota. Alya tidak memalingkan wajahnya ke arah lain, masih dengan posisi yang sama.

Samar, 

ia melihat sosok anak lelaki kecil kelaparan. Alya menoleh ke mangkok yang masih tersisa setengah bouillabaisse. Ia mendorong mangkok sedikit ke tengah, dan ia kembali ke posisi semula, menoleh ke luar.

Remang,

Alya melihat sebuah desa yang teduh, yang dihuni oleh keluarga para petani dan pemotong kayu, istri-istri petani yang menambah penghasilan keluarga dengan membuat topi wanita, desa yang diliputi kemiskinan. Anak lelaki tadi mengambil perhatian Alya, seorang bocah berumur 13 tahun, berjalan melintas jalanan yang berbatu, jalan yang panjang dan tidak rata, tanpa bekal tanpa teman tanpa alas kaki.

Bunda telah meninggalkannya 3 tahun yang lalu, dan ayah menikah lagi. Kehidupan ayah sebagai petani sangat memprihatinkan, dan ibu baru tidak sayang padanya, ia dalam usia tumbuh, selalu merasa lapar, dan makanan sangat terbatas. Ibu baru selalu marah, pertikaian tidak bisa dihindarkan.

Pertikaian dengan ibu membangkitkan hasrat yang kuat untuk meninggalkan tempat ini, meninggalkan desa kelahiran, Anchay, menuju ke ibukota, Paris.

“Bocah bandel dan keras kepala” Alya bergumam.

Perjalanan dari desa, dengan langkah-langkah kecil kaki kecil, jarak yang hampir 500 km ditempuh selama tiga tahun. Bocah yang lari dari kampungnya itu kini telah menjadi teenager sesampai di Paris. Ia berumur 16 tahun, dan ia harus melebur dengan kota Paris yang saat itu sangat butek akibat revolusi industri, dengan kontradiksi petisi, keagungan kemegahan digandeng kehinaan kemiskinan, pertumbuhan yang pesat bergandengan dengan kehancuran yang menyeluruh.

Anak lelaki yang tumbuh di sepanjang perjalanan itu baru saja menginjakkan kakinya di kota Paris, “Ia adalah Louise Vuitton” Alya bergumam lirih sambil berkedip membasahi matanya yang kering.

Untuk menopang hidup, ia magang di sebuah perusahaan pembuatan kotak dan pengepakan, hanya beberapa tahun saja Louise Vuitton sudah membuat reputasi yang bagus di antara urban fashion, Memiliki toko sendiri, menyediakan dan mendisain, khususnya pengepakan busana. Disain pengepakan yang efektif dan dinamis, bentuknya yang persegi, memudahkan untuk transportasi di kereta atau kapal, “Dari sini lahirnya ide luggage yang kita miliki sekarang” Alya yakin tentang invension Louise Vuitton.

Enambelas tahun berlalu sejak Louise Vuitton menginjakkan kaki di Paris, Charles-Louis Napoléon Bonaparte mengambil alih Republik Perancis dengan cara kudeta. Perancis kembali menjadi kekaisaran yang keduakalinya di bawah kekuasaan Napoleon III.

Temaram,

Alya masih bisa memperhatikan seorang wanita yang sangat cantik, modis, intelek, mudah bergaul, dan perhatian ke rakyatnya. Rakyat Perancis mencintainya, dia adalah Eugénie de Montijo, istri Kaisar Napoleon, dan ia memilih dan meminta LouiseVuitton mendisain tempat untuk meletakkan pakaiannnya yang sangat mewah dan sangat mahal, terutama untuk bepergian. Eugénie de Montijo sering melakukan perjalanan jauh, baik untuk urusan kenegaraan maupun personal.

Eugénie de Montijo  (Ilustrasi: metmuseum.org)

Untuk suatu undangan pesta, sebuah perayaan pembukaan Terusan Suez, Louise Vuitton adalah orang yang mendisain segala tas dan pengepakan pakaian dan segala kebutuhan Eugénie de Montijo. 

Eugénie de Montijo memperkenalkan Louise Vuitton ke sahabat-sahabatnya seperti Sultan Mesir, Ismail Pasha, dan juga Ratu Inggris, Queen Victoria. Hal ini membuka lebar akses hasil karyanya dalam disain pengepakan barang di kalangan orang-orang yang sangat penting di dunia saat itu.  

Buram,

perang melanda negeri, usaha yang dibina dengan seluruh jiwa dan raga, hancur lebur, barang barang dicuri tanpa sisa, lelaki ini tetap kuat. Ia, Louise Vuitton, saat itu bangkit dan bertekat untuk membangun lagi usahanya dari nol hingga akhir hayatnya kelak. Ia membangun dan merintisnya lagi “Lelaki yang keras hati” Alya mengaguminya.

Secercah,

usaha Louise Vuitton yang luar biasa, anak dan cucunya yang juga tidak kalah gigihnya dengan mempelajari dan menerapkan manajemen dan strategi pasar yang jitu untuk mempertahan dan mengembangkan produknya sebagai luxury goods. Alya, seperti juga teman-temannya sangat proud terhadap produk LV.

Jelas,

Alya bukannya Eugénie de Montijo. “Ya, aku hanya seorang warga Indonesia yang selera dan cita rasanya terhadap mode telah dibentuk dan distir..!!”  Alya merasa sesak dan berusaha menarik nafas dalam, menahannya, dan menghembuskannya. “Aku akan belajar darimu Eugénie de Montijo, walaupun dalam skala kecil, semoga akan ada lahir seorang Indonesia seperti Louise Vuitton, paling tidak, ini adalah niatku”.

Alya menatap Dian yang masih saja disibukkan dengan video call, “Terimakasih Dian, atas itinerary yang telah kamu buat!!” Alya menghela nafas dan melepaskannya pelan.

******

(Foto: Abdulmonam Eassa/AFP/Getty Image)

Tidak berselang lama sesampai di tanah air, Alya dan Dian membaca berita kerusuhan di Paris dan kota sekitarnya. Para pendemo menghancurkan mobil di sekitar Champs Elysees, gas air mata ditembakkan, dan sekitar 400 korban luka dan fatal.

Dari 300.000 orang pendemo, 2000 orang di bawah "pengawasan" negara dan 682 ditahan akibat melakukan kekerasan dan penghancuran.

Paris dalam derita,

sisa asap dan gas air mata masih terasa hingga hari ini,

Dec. 10, 2018

# Selesai !











68 comments:

  1. wah ngeri
    sisa-sisa gas air mata masih terasa hingga detik ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia mas, lagi kerusuhan...jadinya cerpen pun di up date..;)

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  2. Sungguh ironis kota yang terkenal sebagai kiblat mode sampai terjadi kerusuhan massal.
    682 orang yang ditahan itu banyak sekali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mereka vandalism..

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
    2. Sangat disayangkan, ya.
      Semoga tak terulang lagi kerusuhan massal seperti itu.

      Delete
    3. Iya Mas, ekonomi Paris lagi down, penduduknya protes menuntut subsidi yang dikurangi.

      Delete
  3. Bener banget mba, selera mode zaman sekarang banyak dipengaruhi atau di setir orang lain.
    Jadinya gak punya ciri khas tersendiri, lebih cari aman, mengikuti kemauan pasar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehehe...selain aman, saya juga sukanya yang lagi trending, bener deh, distir orang sono...;)

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
    2. wkwkwkw, soalnya kalau ciptain sendiri emang kudu bener2 tahan banting buat masarinnya mba, padahal pasar zaman sekarang suka yang trend aja.

      Padahal kalau mau sabar membesarkan karya sendiri, lama2 juga bakalan terkenal dan sulit dilupakan orang :)

      Delete
    3. Setuju banget mbak, moga2 peran kita di blogger untuk memasarkan produk lokal bisa membesarkan usaha2 dan karya mereka..:) Dengan membaca artikel kita, customer bisa mengenal produk lebih baik dan merasa dekat dan bangga.

      Delete
  4. Akibat dari demo di Paris pastinya utk saat ini mengurangi minat wisatawan yg mo berkunjung, dan mereka bisa beralih ke destinasi wisata lainnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, Pemerintah Paris juga sudah membuat pengumuman bahwa beberapa destinasi wisata harus ditutup

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
    2. Tapi situasinya sekarang udah kondusif khan?... Kadang demo disatu negara, seperti krisis politik di Srilanka baru2 ini, bisa menguntungkan negara lain yg mendapat limpahan turis.

      Delete
  5. Huhu sedih yaaa ka. Paris yang kotanya sangat indah dan apik bisa juga ada yang ingin menghancurkannya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mbak, ini pendemo brutal...

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
    2. Semoga jangan terjadi lagi kota Paris seperti itu ya ka Lantana.. sedih liatna

      Delete
    3. Iya mbak, kasihan juga... Kalau tidak ada turis berarti tidak ada masukan keuangan buat mereka... Mereka juga lagi resesi..

      Delete
  6. Banyak orang ke Paris karena ingin menikmati suasana disana termasuk berfhoto di menara Efiel.... tpi itu loh, kocek mesti tebal kesana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eiffel itu begitu menggoda, jadiii..kita coba deh ngumpulin dolar demi dolar yang masuk...moga2 terakumulasi banyak dan banyak lagi...Amin YRA

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
    2. Iya ka Nata,, emang kudu kuat kalau kE Paris.. ongkosnya aja ampir puluhan juta apalagi gaya hidupnya.. bener ga ka Lantana?

      Delete
    3. Dollarnya ketika saya kumpulin, malaha keluar lagi Mas..eee Mbak. Mbak atau mas sich admin blog ini,binggung, hehehe...

      Delete
    4. Kumaha kang Nata teh ngabodor mulu?? It's Okay, ASIK koq...:)

      Delete
  7. Ironis banget ya mbak rasanya, kota sebesar Paris tp byk peristiwa ga enak dibaliknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perekonomian Paris lagi down...

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
    2. Ternyata kota seindah paris bisa mengalami hal menyedihkan seperti ini ya kak

      Delete
  8. Ada ironi yang terselip dari tulisan ini. Tentang seorang bocah yang kelaparan serta tentang semangkok bouillabaisse yang masih tersisa setengah. Ironi pula tentang LV yang begitu ternama dari Paris, serta bagaimana Paris kemudian 'rusuh'. Untungnya kejadian itu terjadi saat Alya dan Dian sudah pulang ke Indonesia ... kalau tidak mah bisa trauma juga itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ...dan cerpen ini pun bisa-bisa jadi panjaaaaangg...;)

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
    2. Ha ha ha ayoooo dibikin panjang. Karena tokohnya kuat sudah melekat dalam benak pemirsah. Eh :D

      Delete
    3. Ditunggu update artikel selanjutnyaa yaaa

      Delete
  9. Akhirnya baca lanjutan yang ditunggu-tunggu.. hahaha.. " keras Hati " adalah kunci untuk bangkit kembali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Agree mbak..!

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  10. Gak terbayang seperti apa Paris pasca kerusuhan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, mana kerusuhannya di akhir tahun lagi, di saat turis pengen menikmati pergantian tahun di Eiffel Tower..

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  11. Cerita yang baguus... Endingnya juga pas, memasukkan unsur kekinian ttg kerusuhan di perancis.. Semoga segera teratasi masalah kerusuhan di paris

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you so much mbak Sapti...

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  12. kalau dah namanya perempuan...siapa yang tak suka LV hahahaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saye puun...

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  13. Replies
    1. Kebeneran cerpen ini sedikit di up to date mbak..:)

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  14. Mohon maaf saya membaca siksak,tetapi satu yang ingin saya katakan ialah Kagum.

    Mengapa?

    Saya sendiri tidak bisa berimajinasi, kalau pun konsepnya bicara fakta melalui gaya penulisan bertutur itu pun sejatinya masih acak adul, tetapi saat melihat gaya penulisan cerpen ini, saya jadi bertanya-tanya, apakah dibalik layar blog lantana seorang cerpenis atau novelis?

    Andaikan penasaran ini bisa terjawab, pasti sangat menyenangkan hehehe..

    Notes: mengapa jadi pertanyaan karena tidak ada halaman about me sobatku, hehehe semacam kode agar dibuatkan halam tersebut di blog ini,.. Salam, kagum dengan imajinasinya yang menembus batas..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih banyak atas apresiasinya.

      dan terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  16. Akhirnya yg ditunggu part2 nya muncul... semangat LV yg menginspirasi.. dan sedihnya karena Paris rusuh lagi, apa mungkin ramalan Baba Vanga akan jadi kenyataan lagi ya!?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Barangkali benar begitu mbak..

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  17. Keren imajinasinya mbak..saya percaya dirimu bisa menulis buku yang baguuuus....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih banyak mbak, doain yaa..

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  18. Iya mbk imajinasinya bagus dan terinspirasi dri kerusuhan Paris ya mbk. Ahh, ud lama ga nulis cerpen. Jdi pingin lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks mbak Meykke, ayooo nulis lagi...saya enjoy baca tulisan mbak bila blog walking

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  19. LV ini luar biasa ya.. Sangat menginspirasi. Dan benar, semoga akan hadir orang seperti LV dari bangsa kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya rasa sudah banyak desainer terkenal dari Indonesia yang mengharumkan nama bangsa cuma ya mungkin kurang terpublikasi aja

      Delete
    2. Amin...!!
      LV sebagai penemu dan pendiri-nya sangat beruntung, anak cucunya bisa terus mempertahankan dan mengembangkan usaha kakek moyangnya...:)

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  20. sy baru tau cerita tentang LV ini trus digabung sama latar ceritanya mba,tambah keren deh :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih Mbak...:)

      dan terima kasih juga sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  21. Kalau lihat kostum bangsawan, baik pria atau wanitanya ..., terlihat sangat wah, ya.
    Kadang bayangin gimana proses saat jaman dulu memakainya.

    ReplyDelete
  22. wahhh akhirnya keluar juga next nya setelah nungguin :3 endingnya ku suka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahh...wahh...thanks...ending nya disesuaikan dengan kondisi saat cerpen di-publish

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  23. Paris sebagai pusat mode dan destinasi wisata selalu menarik untuk dikunjungi. Tapi kalau ada aksi kerusuhan jadi khawatir juga para wisatawan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saat kerusuhan, tourist destination di sekitar Paris ditutup

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  24. Kalau buat orang Paris, demo dan mogok itu udah biasa kan ya. Tapi kerusuhan memang di luar kebiasaan. Kalau soal LV, memang jelas orangnya kreatif dan cerdas. Banyak banget rancangannya. Gitu tuh harusnya orang, berusaha, nggak cuma rusuh minta disubsidi Pemerintah aja. (Ini nyangkut ke demo di Paris ya.)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mbak..

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  25. paris, kesenjangan sosialnya memang tinggi ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ekonominya lagi down, mbak...

      terima kasih sudah singgah di:
      Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)

      Delete
  26. Kota Paris Prancis kapan ya aku bisa ke sana? nabung dong ya kak?

    Mau nanya nich kak Lantana, kesenjangan sosialnya tinggi mana ya antara kota Jakarta atau kota Paris?
    Kalau masih ada kesenjangan sosial berarti di kota Paris belum bisa dikatakan makmur ya? karena pendapatan nya belum merata.

    ReplyDelete

@eerlinda2005