Koleksi tas LV
(Ilustrasi/Foto: spottedfashion.com)
Senja
menjelang lebih awal. Dingin di musim gugur dihangatkan dengan secangkir kopi
dan semangkok bouillabaisse. Alya dan Dian memilih meja di dekat
jendela.
Dian
masih saja asik dengan video call. Alya tidak ingin melewatkan sedetik pun
keindahan dan kemilau Paris, ia memilih duduk saja dengan tenang, membiarkan
matanya menikmati suasana dan lalu lalang pejalan kaki dari pinggir jendela.
Sinar
matahari sirna total, digantikan oleh gemerlap lampu Paris kota. Alya tidak
memalingkan wajahnya ke arah lain, masih dengan posisi yang sama.
Samar,
ia
melihat sosok anak lelaki kecil kelaparan. Alya menoleh ke mangkok yang masih
tersisa setengah bouillabaisse. Ia mendorong mangkok sedikit ke tengah,
dan ia kembali ke posisi semula, menoleh ke luar.
Remang,
Alya
melihat sebuah desa yang teduh, yang dihuni oleh keluarga para petani dan
pemotong kayu, istri-istri petani yang menambah penghasilan keluarga dengan
membuat topi wanita, desa yang diliputi kemiskinan. Anak lelaki tadi mengambil
perhatian Alya, seorang bocah berumur 13 tahun, berjalan melintas jalanan yang
berbatu, jalan yang panjang dan tidak rata, tanpa bekal tanpa teman tanpa alas
kaki.
Bunda
telah meninggalkannya 3 tahun yang lalu, dan ayah menikah lagi. Kehidupan ayah
sebagai petani sangat memprihatinkan, dan ibu baru tidak sayang padanya, ia
dalam usia tumbuh, selalu merasa lapar, dan makanan sangat terbatas. Ibu baru
selalu marah, pertikaian tidak bisa dihindarkan.
Pertikaian
dengan ibu membangkitkan hasrat yang kuat untuk meninggalkan tempat ini, meninggalkan
desa kelahiran, Anchay, menuju ke ibukota, Paris.
“Bocah
bandel dan keras kepala” Alya bergumam.
Perjalanan
dari desa, dengan langkah-langkah kecil kaki kecil, jarak yang hampir 500 km
ditempuh selama tiga tahun. Bocah yang lari dari kampungnya itu kini telah
menjadi teenager sesampai di Paris. Ia berumur 16 tahun, dan ia harus
melebur dengan kota Paris yang saat itu sangat butek akibat revolusi industri,
dengan kontradiksi petisi, keagungan kemegahan digandeng kehinaan kemiskinan,
pertumbuhan yang pesat bergandengan dengan kehancuran yang menyeluruh.
Anak
lelaki yang tumbuh di sepanjang perjalanan itu baru saja menginjakkan kakinya
di kota Paris, “Ia adalah Louise Vuitton” Alya bergumam lirih sambil berkedip
membasahi matanya yang kering.
Untuk
menopang hidup, ia magang di sebuah perusahaan pembuatan kotak dan pengepakan,
hanya beberapa tahun saja Louise Vuitton sudah membuat reputasi yang bagus di
antara urban fashion, Memiliki toko sendiri, menyediakan dan mendisain,
khususnya pengepakan busana. Disain pengepakan yang efektif dan dinamis,
bentuknya yang persegi, memudahkan untuk transportasi di kereta atau kapal,
“Dari sini lahirnya ide luggage yang kita miliki sekarang” Alya yakin
tentang invension Louise Vuitton.
Enambelas
tahun berlalu sejak Louise Vuitton menginjakkan kaki di Paris, Charles-Louis
Napoléon Bonaparte mengambil alih Republik Perancis dengan cara kudeta.
Perancis kembali menjadi kekaisaran yang keduakalinya di bawah kekuasaan
Napoleon III.
Temaram,
Alya
masih bisa memperhatikan seorang wanita yang sangat cantik, modis, intelek,
mudah bergaul, dan perhatian ke rakyatnya. Rakyat Perancis mencintainya, dia
adalah Eugénie de Montijo, istri Kaisar Napoleon, dan ia memilih dan meminta
LouiseVuitton mendisain tempat untuk meletakkan pakaiannnya yang sangat mewah
dan sangat mahal, terutama untuk bepergian. Eugénie de Montijo sering melakukan
perjalanan jauh, baik untuk urusan kenegaraan maupun personal.
Eugénie
de Montijo (Ilustrasi: metmuseum.org)
Untuk
suatu undangan pesta, sebuah perayaan pembukaan Terusan Suez, Louise Vuitton
adalah orang yang mendisain segala tas dan pengepakan pakaian dan segala
kebutuhan Eugénie de Montijo.
Eugénie
de Montijo memperkenalkan Louise Vuitton ke sahabat-sahabatnya seperti Sultan
Mesir, Ismail Pasha, dan juga Ratu Inggris, Queen Victoria. Hal ini membuka
lebar akses hasil karyanya dalam disain pengepakan barang di kalangan
orang-orang yang sangat penting di dunia saat itu.
Buram,
perang
melanda negeri, usaha yang dibina dengan seluruh jiwa dan raga, hancur lebur,
barang barang dicuri tanpa sisa, lelaki ini tetap kuat. Ia, Louise Vuitton,
saat itu bangkit dan bertekat untuk membangun lagi usahanya dari nol hingga
akhir hayatnya kelak. Ia membangun dan merintisnya lagi “Lelaki yang keras
hati” Alya mengaguminya.
Secercah,
usaha
Louise Vuitton yang luar biasa, anak dan cucunya yang juga tidak kalah gigihnya
dengan mempelajari dan menerapkan manajemen dan strategi pasar yang jitu untuk
mempertahan dan mengembangkan produknya sebagai luxury goods. Alya,
seperti juga teman-temannya sangat proud terhadap produk LV.
Jelas,
Alya
bukannya Eugénie de Montijo. “Ya, aku hanya seorang warga Indonesia yang selera
dan cita rasanya terhadap mode telah dibentuk dan distir..!!” Alya merasa sesak dan berusaha menarik nafas
dalam, menahannya, dan menghembuskannya. “Aku akan belajar darimu Eugénie de
Montijo, walaupun dalam skala kecil, semoga akan ada lahir seorang Indonesia
seperti Louise Vuitton, paling tidak, ini adalah niatku”.
Alya
menatap Dian yang masih saja disibukkan dengan video call, “Terimakasih Dian,
atas itinerary yang telah kamu buat!!” Alya menghela nafas dan melepaskannya
pelan.
******
(Foto: Abdulmonam
Eassa/AFP/Getty Image)
Tidak
berselang lama sesampai di tanah air, Alya dan Dian membaca berita kerusuhan di
Paris dan kota sekitarnya. Para pendemo menghancurkan mobil di sekitar Champs
Elysees, gas air mata ditembakkan, dan sekitar 400 korban luka dan fatal.
Dari
300.000 orang pendemo, 2000 orang di bawah "pengawasan" negara dan 682 ditahan
akibat melakukan kekerasan dan penghancuran.
Paris
dalam derita,
sisa
asap dan gas air mata masih terasa hingga hari ini,
Dec.
10, 2018
# Selesai !
wah ngeri
ReplyDeletesisa-sisa gas air mata masih terasa hingga detik ini
Ia mas, lagi kerusuhan...jadinya cerpen pun di up date..;)
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Sungguh ironis kota yang terkenal sebagai kiblat mode sampai terjadi kerusuhan massal.
ReplyDelete682 orang yang ditahan itu banyak sekali.
Mereka vandalism..
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Sangat disayangkan, ya.
DeleteSemoga tak terulang lagi kerusuhan massal seperti itu.
Iya Mas, ekonomi Paris lagi down, penduduknya protes menuntut subsidi yang dikurangi.
DeleteBener banget mba, selera mode zaman sekarang banyak dipengaruhi atau di setir orang lain.
ReplyDeleteJadinya gak punya ciri khas tersendiri, lebih cari aman, mengikuti kemauan pasar.
Hehehehe...selain aman, saya juga sukanya yang lagi trending, bener deh, distir orang sono...;)
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
wkwkwkw, soalnya kalau ciptain sendiri emang kudu bener2 tahan banting buat masarinnya mba, padahal pasar zaman sekarang suka yang trend aja.
DeletePadahal kalau mau sabar membesarkan karya sendiri, lama2 juga bakalan terkenal dan sulit dilupakan orang :)
Setuju banget mbak, moga2 peran kita di blogger untuk memasarkan produk lokal bisa membesarkan usaha2 dan karya mereka..:) Dengan membaca artikel kita, customer bisa mengenal produk lebih baik dan merasa dekat dan bangga.
DeleteAkibat dari demo di Paris pastinya utk saat ini mengurangi minat wisatawan yg mo berkunjung, dan mereka bisa beralih ke destinasi wisata lainnya
ReplyDeleteIya mas, Pemerintah Paris juga sudah membuat pengumuman bahwa beberapa destinasi wisata harus ditutup
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Tapi situasinya sekarang udah kondusif khan?... Kadang demo disatu negara, seperti krisis politik di Srilanka baru2 ini, bisa menguntungkan negara lain yg mendapat limpahan turis.
DeleteSeperti udah Mas
DeleteHuhu sedih yaaa ka. Paris yang kotanya sangat indah dan apik bisa juga ada yang ingin menghancurkannya...
ReplyDeleteBener mbak, ini pendemo brutal...
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Semoga jangan terjadi lagi kota Paris seperti itu ya ka Lantana.. sedih liatna
DeleteIya mbak, kasihan juga... Kalau tidak ada turis berarti tidak ada masukan keuangan buat mereka... Mereka juga lagi resesi..
DeleteBanyak orang ke Paris karena ingin menikmati suasana disana termasuk berfhoto di menara Efiel.... tpi itu loh, kocek mesti tebal kesana.
ReplyDeleteEiffel itu begitu menggoda, jadiii..kita coba deh ngumpulin dolar demi dolar yang masuk...moga2 terakumulasi banyak dan banyak lagi...Amin YRA
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Iya ka Nata,, emang kudu kuat kalau kE Paris.. ongkosnya aja ampir puluhan juta apalagi gaya hidupnya.. bener ga ka Lantana?
DeleteDollarnya ketika saya kumpulin, malaha keluar lagi Mas..eee Mbak. Mbak atau mas sich admin blog ini,binggung, hehehe...
DeleteKumaha kang Nata teh ngabodor mulu?? It's Okay, ASIK koq...:)
DeleteIronis banget ya mbak rasanya, kota sebesar Paris tp byk peristiwa ga enak dibaliknya
ReplyDeletePerekonomian Paris lagi down...
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Ternyata kota seindah paris bisa mengalami hal menyedihkan seperti ini ya kak
DeleteSedih banget mbak Vika
DeleteAda ironi yang terselip dari tulisan ini. Tentang seorang bocah yang kelaparan serta tentang semangkok bouillabaisse yang masih tersisa setengah. Ironi pula tentang LV yang begitu ternama dari Paris, serta bagaimana Paris kemudian 'rusuh'. Untungnya kejadian itu terjadi saat Alya dan Dian sudah pulang ke Indonesia ... kalau tidak mah bisa trauma juga itu.
ReplyDelete...dan cerpen ini pun bisa-bisa jadi panjaaaaangg...;)
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Ha ha ha ayoooo dibikin panjang. Karena tokohnya kuat sudah melekat dalam benak pemirsah. Eh :D
DeleteDitunggu update artikel selanjutnyaa yaaa
DeleteOkkie Dokkie...;)
DeleteAkhirnya baca lanjutan yang ditunggu-tunggu.. hahaha.. " keras Hati " adalah kunci untuk bangkit kembali.
ReplyDeleteAgree mbak..!
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Gak terbayang seperti apa Paris pasca kerusuhan
ReplyDeleteIya mbak, mana kerusuhannya di akhir tahun lagi, di saat turis pengen menikmati pergantian tahun di Eiffel Tower..
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Cerita yang baguus... Endingnya juga pas, memasukkan unsur kekinian ttg kerusuhan di perancis.. Semoga segera teratasi masalah kerusuhan di paris
ReplyDeleteThank you so much mbak Sapti...
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
kalau dah namanya perempuan...siapa yang tak suka LV hahahaa
ReplyDeleteSaye puun...
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
sama2👍👌👍👌
Deleteendingnya tragis
ReplyDeleteKebeneran cerpen ini sedikit di up to date mbak..:)
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Mohon maaf saya membaca siksak,tetapi satu yang ingin saya katakan ialah Kagum.
ReplyDeleteMengapa?
Saya sendiri tidak bisa berimajinasi, kalau pun konsepnya bicara fakta melalui gaya penulisan bertutur itu pun sejatinya masih acak adul, tetapi saat melihat gaya penulisan cerpen ini, saya jadi bertanya-tanya, apakah dibalik layar blog lantana seorang cerpenis atau novelis?
Andaikan penasaran ini bisa terjawab, pasti sangat menyenangkan hehehe..
Notes: mengapa jadi pertanyaan karena tidak ada halaman about me sobatku, hehehe semacam kode agar dibuatkan halam tersebut di blog ini,.. Salam, kagum dengan imajinasinya yang menembus batas..
Terima kasih banyak atas apresiasinya.
Deletedan terima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAkhirnya yg ditunggu part2 nya muncul... semangat LV yg menginspirasi.. dan sedihnya karena Paris rusuh lagi, apa mungkin ramalan Baba Vanga akan jadi kenyataan lagi ya!?
ReplyDeleteBarangkali benar begitu mbak..
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Keren imajinasinya mbak..saya percaya dirimu bisa menulis buku yang baguuuus....
ReplyDeleteTerima kasih banyak mbak, doain yaa..
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Iya mbk imajinasinya bagus dan terinspirasi dri kerusuhan Paris ya mbk. Ahh, ud lama ga nulis cerpen. Jdi pingin lagi
ReplyDeleteThanks mbak Meykke, ayooo nulis lagi...saya enjoy baca tulisan mbak bila blog walking
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
LV ini luar biasa ya.. Sangat menginspirasi. Dan benar, semoga akan hadir orang seperti LV dari bangsa kita.
ReplyDeleteSaya rasa sudah banyak desainer terkenal dari Indonesia yang mengharumkan nama bangsa cuma ya mungkin kurang terpublikasi aja
DeleteAmin...!!
DeleteLV sebagai penemu dan pendiri-nya sangat beruntung, anak cucunya bisa terus mempertahankan dan mengembangkan usaha kakek moyangnya...:)
terima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
sy baru tau cerita tentang LV ini trus digabung sama latar ceritanya mba,tambah keren deh :)
ReplyDeleteTerimakasih Mbak...:)
Deletedan terima kasih juga sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Kalau lihat kostum bangsawan, baik pria atau wanitanya ..., terlihat sangat wah, ya.
ReplyDeleteKadang bayangin gimana proses saat jaman dulu memakainya.
Sepertinya proses yang njelimet dan lama
Deletewahhh akhirnya keluar juga next nya setelah nungguin :3 endingnya ku suka
ReplyDeleteWahh...wahh...thanks...ending nya disesuaikan dengan kondisi saat cerpen di-publish
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Paris sebagai pusat mode dan destinasi wisata selalu menarik untuk dikunjungi. Tapi kalau ada aksi kerusuhan jadi khawatir juga para wisatawan.
ReplyDeleteSaat kerusuhan, tourist destination di sekitar Paris ditutup
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Kalau buat orang Paris, demo dan mogok itu udah biasa kan ya. Tapi kerusuhan memang di luar kebiasaan. Kalau soal LV, memang jelas orangnya kreatif dan cerdas. Banyak banget rancangannya. Gitu tuh harusnya orang, berusaha, nggak cuma rusuh minta disubsidi Pemerintah aja. (Ini nyangkut ke demo di Paris ya.)
ReplyDeleteBener mbak..
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
paris, kesenjangan sosialnya memang tinggi ya
ReplyDeleteEkonominya lagi down, mbak...
Deleteterima kasih sudah singgah di:
Derita dan Kemewahan Kota Paris (Bagian 2)
Kota Paris Prancis kapan ya aku bisa ke sana? nabung dong ya kak?
ReplyDeleteMau nanya nich kak Lantana, kesenjangan sosialnya tinggi mana ya antara kota Jakarta atau kota Paris?
Kalau masih ada kesenjangan sosial berarti di kota Paris belum bisa dikatakan makmur ya? karena pendapatan nya belum merata.