Alunan lagu lama itu mengalun indah dari YouTube di henponnya. Malam yang tidak begitu panas, lebih indah lagi dengan ditemani lagu kenangan lama, secangkir kopi susu hangat, dan harapan. Pak Yahya memperbaiki posisi duduknya, kursi tua yang didudukinya pun berderit lembut. Ia membungkuk dan tangan kanannya menarik pinggir kain sarungnya sedikit ke bawah agar menutupi betisnya. Betis yang dulu kokoh dan kuat.
Lalu ia menyandarkan bahunya ke sandaran kursi. Terasa bahu dan otot punggungnya ngilu, tapi ia abaikan saja. Sudah sehari-hari terasa begitu.
Ia mengalihkan pandangannya ke samping. Ia pun berkata, "Mah, kalau udah ngantuk, tidur sana, di kamar."
"Engga ah, ntar kelewat, ga ketauan ada serangan fajar. Rugi kan?", istrinya menyahut.
Rhythm dari YouTube henponnya pun mengalun ke dentuman beat-beat yang keras....
"Sing with me, sing for a year Sing for the laughter, and sing for the tear Sing with me, if it's just for today Maybe tomorrow, the good Lord will take you away
Oh, sing with me, sing for the year Sing for the laughter, and sing for the tear Sing it with me, if it's just for today Maybe tomorrow, the good Lord will take you away
Dream on....dream on....deam on..."
Beat-beat yang keras....di kala itu...ya, kala itu, 26 tahun yang lalu, tepatnya di tahun 1997 hingga 1998, di saat betis dan bahunya masih kuat, ia menembus desakan keramaian para demonstran di GASIBU Bandung, meneriakkan reformasi dengan LANTANG, dan melantunkan lagu-lagu Galang Rambu Anarki dan Pak Tua.
Jatuhkan rezim ORBA!
Kita perlu reformasi!
Demokrasi!
Hapuskan korupsi, kolusi, dan nepotisme!!!
Suara para pendemo riuh rendah....
Seperti terbangun, tetiba ia ingin berteriak, meneriakkan kata-kata yang....
uhuk,,,uhuk,,,uhuk,,,
hanya batuk batuk yang keluar, tak mampu lagi berteriak.
Terbongkok-bongkok batuk, ia menunduk. Kesedihan menyelinap. Teringat saat bergerak dalam rombongan yang berdesakan dari GASIBU ke Taman Makam Pahlawan Bandung mengantarkan mayat Hafidin Royan, Pejuang Reformasi.
Lirih ia bergumam, mengangkat tangannya berdoa, untuk sang pejuang-pejuang reformasi, yang telah gugur untuk mengubah Indonesia yang lebih baik.
Dream on....dream on...dream on...!!!
Istrinya pun terlelap mimpi. Tidak tahu apakah ada serangan di fajar.
Lantana is an “another” name of an Indonesian who graduated from one of a University in the USA. She is very concerned about human life and what ever is related to it. Her passion is to share her knowledge in this blog.
Disini hampir semua caleg pakai serangan fajar, malah kalo capres bebas milih, yang penting coblos dia.🤭
ReplyDeleteGimana, dapat banyak ga?
Deletesaya ingatkan tadi sokongan semangat
ReplyDeleteuntuk candidates PEMILU
;-)
Aku ga dpt serangan fajar, bansos ataupun apapun itu HAHAHHAHA
ReplyDelete