Tuesday, October 12, 2021

Awal Oktober bersama Rosie

 


Kiana duduk dengan tenang walaupun sedikit “tegang” karena ini adalah hari pertamanya mewawancarai dan memberikan “therapeutic communications” dengan pasien yang mengalami gangguan mental di rumah sakit mental ini. David duduk di sebelahnya, juga terlihat tenang. David akan membantu Kiana menggali beberapa informasi tentang pasiennya. Rosie, pasien Kiana, duduk di depan mereka, siap mendapatkan terapi dan wawancara.


Rosie terlihat tenang, ia tersenyum, dan mengatakan siap. Seperti biasa Kiana memulai dengan kabar dan perasaan pasien saat itu.  Rosie mengatakan perasaannya, ” I’m feeling great”.  Selanjutnya Kiana meminta Rosie menceritakan sedikit tentang dirinya dan mengapa ia ada di rumah sakit mental ini.


“Mereka menduga aku akan bunuh diri. Mereka memanggil ambulance, yang membawaku ke rumah sakit, kemudian papa nelpon dokter coroner, dan akhirnya berujung di rumah sakit ini”.


“Apa yang terjadi?” Kiana bertanya.


“Aku ketahuan, aku menghianati istriku, aku selingkuh dengan her twin sister”, Rosie melanjutkan, “Aku merasa kehancuran rumah tangga yang kubina ada di depan mata, aku tidak sanggup menghadapinya, aku orang yang tidak bisa dipercaya, aku tidak bisa menerima diriku sebagai penghianat, aku ingin tenang”.


Rosie menarik nafas, “Aku curi obat penenang istriku sebanyak 4 pil, dan kutelan semua sekaligus. Terus mereka nelpon ambulan untuk membawaku ke rumah sakit, mereka takut aku over dosis”, Rosie diam sejenak, “Papa nelpon dokter coroner karena aku dianggap berniat bunuh diri. Surat rekomendari dari dokter coroner yang membawaku ke sini”.


“Ceritakan sedikit tentang kehidupanmu”, dengan suara rendah Kiana berkata. Wanita yang menjelang usia 30an ini terlihat cantk, tubuhnya terawat bersih, ada beberapa tato yang menghiasi kedua lengan dan bagian kiri lehernya, kulit wajahnya lembut dan cerah, hidungnya mancung, rambutnya ikal hitam. Rosie terlihat lebih muda dari usianya.


“Aku seorang anak angkat. Orang tuaku miskin, dan aku diambil dan diasuh oleh keluarga kaya. Orangtua angkatku tidak hanya kaya tapi juga orang yang kuat agamanya. Mereka katolik fanatik”. Rosie menunduk, ia melanjutkan dengan sangsi, “Mereka menganggapku seperti sebuah petaka, aku tidak benar di depan mata mereka.”


“Ada apa?” suara Kiana rata.


“Karena hidup yang kupilih dan aku tidak sependapat dengan orangtuaku dan aku tidak percaya terhadap agama yang mereka anut dan jalani!”.


Rosie seperti mendapatkan kesempatan untuk mencurahkan segala pikiran yang terbendung di kepalanya, “Lelaki yang kucintai saat remaja menghamili dan meninggalkanku, dan aku melahirkan anaknya di saat aku masih ingin bermain, anak pertamaku lahir saat aku berusia 19 tahun. Kemudian seorang lelaki datang dan mengisi hatiku, kami menjalani hidup bersama, dan bersamanya aku memiliki dua anak, namun hubungan kami pun harus berakhir. Sekarang aku menikahi seorang wanita, kami menikah dan sekalian honey moon di luar negeri beberapa tahun yang lalu. Kami saling mencintai, tapi aku berbuat curang.”


Kiana menoleh ke David, dan David melanjutkan percakapan bersama Rosie.


 

*1-7 Oktober, moonlit, di RSJ

4 comments:

  1. bagus mbak
    cerpen tentang kesehatan mental seperti ini aku suka banget
    jadi gambaran betapa peliknya mental seseorang terutama pas dia merasa bersalah banget

    ReplyDelete
  2. Cerpen yang bagus mbak.

    Mungkin Rosie sakit hati sama laki-laki terus jadinya ia kawin dengan perempuan.

    ReplyDelete
  3. Rosie ini lelaki atau perempuan sih atau jangan-jangan Rosie ini masuk rumah sakit jiwa karena lupa sama jenis kelaminnya?

    ReplyDelete
  4. Mbak, maksudnya Rosie berbuat curang nini gmn ya? aku kurang paham hahha, apa karena dia wanita normal tapi udah sakit hati sama pria, trs dia jadikan wanita juga buat pelampiasan atau gimana?

    ReplyDelete

@eerlinda2005