Kiana duduk
dengan tenang walaupun sedikit “tegang” karena ini adalah hari pertamanya mewawancarai
dan memberikan “therapeutic communications” dengan pasien yang mengalami
gangguan mental di rumah sakit mental ini. David duduk di sebelahnya, juga
terlihat tenang. David akan membantu Kiana menggali beberapa informasi tentang
pasiennya. Rosie, pasien Kiana, duduk di depan mereka, siap mendapatkan terapi
dan wawancara.
Rosie
terlihat tenang, ia tersenyum, dan mengatakan siap. Seperti biasa Kiana memulai
dengan kabar dan perasaan pasien saat itu. Rosie mengatakan perasaannya, ” I’m feeling great”. Selanjutnya Kiana meminta Rosie menceritakan
sedikit tentang dirinya dan mengapa ia ada di rumah sakit mental ini.
“Mereka
menduga aku akan bunuh diri. Mereka memanggil ambulance, yang membawaku ke
rumah sakit, kemudian papa nelpon dokter coroner, dan akhirnya berujung di
rumah sakit ini”.
“Apa yang
terjadi?” Kiana bertanya.
“Aku
ketahuan, aku menghianati istriku, aku selingkuh dengan her twin sister”, Rosie
melanjutkan, “Aku merasa kehancuran rumah tangga yang kubina ada di depan mata,
aku tidak sanggup menghadapinya, aku orang yang tidak bisa dipercaya, aku tidak
bisa menerima diriku sebagai penghianat, aku ingin tenang”.
Rosie
menarik nafas, “Aku curi obat penenang istriku sebanyak 4 pil, dan kutelan
semua sekaligus. Terus mereka nelpon ambulan untuk membawaku ke rumah sakit,
mereka takut aku over dosis”, Rosie diam sejenak, “Papa nelpon dokter coroner karena
aku dianggap berniat bunuh diri. Surat rekomendari dari dokter coroner yang membawaku
ke sini”.
“Ceritakan
sedikit tentang kehidupanmu”, dengan suara rendah Kiana berkata. Wanita yang
menjelang usia 30an ini terlihat cantk, tubuhnya terawat bersih, ada beberapa
tato yang menghiasi kedua lengan dan bagian kiri lehernya, kulit wajahnya
lembut dan cerah, hidungnya mancung, rambutnya ikal hitam. Rosie terlihat lebih
muda dari usianya.
“Aku seorang
anak angkat. Orang tuaku miskin, dan aku diambil dan diasuh oleh keluarga kaya.
Orangtua angkatku tidak hanya kaya tapi juga orang yang kuat agamanya. Mereka
katolik fanatik”. Rosie menunduk, ia melanjutkan dengan sangsi, “Mereka
menganggapku seperti sebuah petaka, aku tidak benar di depan mata mereka.”
“Ada apa?” suara Kiana rata.
“Karena hidup
yang kupilih dan aku tidak sependapat dengan orangtuaku dan aku tidak percaya
terhadap agama yang mereka anut dan jalani!”.
Rosie
seperti mendapatkan kesempatan untuk mencurahkan segala pikiran yang terbendung
di kepalanya, “Lelaki yang kucintai saat remaja menghamili dan meninggalkanku,
dan aku melahirkan anaknya di saat aku masih ingin bermain, anak pertamaku
lahir saat aku berusia 19 tahun. Kemudian seorang lelaki datang dan mengisi
hatiku, kami menjalani hidup bersama, dan bersamanya aku memiliki dua anak,
namun hubungan kami pun harus berakhir. Sekarang aku menikahi seorang wanita, kami
menikah dan sekalian honey moon di luar negeri beberapa tahun yang lalu. Kami
saling mencintai, tapi aku berbuat curang.”
Kiana
menoleh ke David, dan David melanjutkan percakapan bersama Rosie.
*1-7 Oktober, moonlit, di RSJ
bagus mbak
ReplyDeletecerpen tentang kesehatan mental seperti ini aku suka banget
jadi gambaran betapa peliknya mental seseorang terutama pas dia merasa bersalah banget
Cerpen yang bagus mbak.
ReplyDeleteMungkin Rosie sakit hati sama laki-laki terus jadinya ia kawin dengan perempuan.
Rosie ini lelaki atau perempuan sih atau jangan-jangan Rosie ini masuk rumah sakit jiwa karena lupa sama jenis kelaminnya?
ReplyDeleteMbak, maksudnya Rosie berbuat curang nini gmn ya? aku kurang paham hahha, apa karena dia wanita normal tapi udah sakit hati sama pria, trs dia jadikan wanita juga buat pelampiasan atau gimana?
ReplyDelete