PPE hair net dan N95 Mask di atasnya
Sore
itu, 31 Mei, dapat telpon untuk dinas di Isolasi Covid area, pengen
nolak tapi ya koq slow banget ketemu alasan penolakan yang tepat. Ya
udah, lakonin aja. Percaya aja sama alat pelindung diri (APD).
Alhamdulillah,
sudah sembilan hari berlalu, masih sehat. Sekarang isolasi Covid
sudah ditutup karena yang diisolasi sudah layak keluar. Artinya,
immune respons mereka mantap dalam menghadapi viral challenge.
Bagaimana
respon imun sistem kita terhadap serangan virus?
Pertama,
interferon muncul karena kehadiran infeksi virus. Interferon memulai
untuk memproteksi sel-sel terdekat, meningkatkan antigen presentasi
dengan meningkatkan MHC antigen dan memulai membersihkan sel-sel yang
terinfeksi dengan mengaktifkan natural killer sel (NK cells) dan
antigen specific response. Virus dan komponen-komponennya dikeluarkan
dari sel yang terinfeksi, ditelan (phagositis) dan diaktifkannya
immature dendrite cells untuk menghasilkan cytokines yang kemudian
bergerak ke kelenjar getah bening (lymph nodes).
Macrophages
yang terdapat di hati (liver) dan limpa (spleen) akan membersihkan
(memfilter) virus dari aliran darah. Sel ini akan menghancurkan
antigen virus.
Dendrite
cells memiliki fragmen peptide yang mengikat class II MHC antigen ke
CD4 T cell dan juga pada MHC I molekul di CD8 T cells untuk memulai
respon.
APC
(Antigen Presenting Cells) juga mengeluarkan IL-1, IL-6, dan TNF yang
mengakibatkan demam. IL-12 mengaktifkan helper T cells dan specific
cytokine production (TH1 respon). T cells yang diaktifkan bergerak ke
bagian yang terinfeksi dan area B cells di lymph node. Macrophages
dan B cells terstimuli oleh T cells.
Respon
antiviral hampir sama dengan antibakteri, kecuali CD8 T cells yang
berperan lebih penting. IgM dihasilkan setelah 3 hari infeksi, hal
ini menunjukkan primary infeksi.
IgG
dan IgA dihasilkan setelah 2 atau 3 hari munculnya IgM. Sekresi IgA
dibuat untuk respon viral challenge di mucosal surfaces (mata, mulut,
respiratory dan gastrointestinal system).
Aktifnya
CD4 dan CD8 T cells hampir bersamaan dengan hadirnya serum IgG.
Selama
infeksi, jumlah CD8 T cells spesifik untuk antigen akan meningkat 50
ribu hingga 100 ribu kali lipat. Spesifik antigen CD8 T cells ini
akan beranjak ke wilayah sel yang terinfeksi dan membunuhnya. Sinyal
dan binding untuk class I MHC viral-peptide-expresing target cells
mengakibatkan apoptotic killing, apakah dengan cara perforin dan
granzymes atau dengan cara binding Fa ligand ke Fa target sel.
Cell
mediated dan IgG immune response tidak akan meningkat hingga 6 – 8
hari setelah viral challenge. Untuk beberapa kasus infeksi, hal ini
terjadi setelah innate response mengontrol replikasi virus, tenggang
waktu ini memberi kesempatan pada virus menyebar infeksi ke seluruh
tubuh dan target tissue, yang mengakibatkan sakit.
Kedua, next
post! “Immune Response to (Secondary) Viral Challenge”.
Note:
MHC (major
histocompatibility complex).
Class I MHC terdapat pada permukaan nucleated-cells tubuh, class II
MHC hanya pada macrophages, dendrite cells, dan T cells.
Wah, terus, gimana caranya meningkatkan immune response itu, Mbak?
ReplyDeletePertanyaanku juga sama seperti pertanyaan kak Dyah diatas .., apakah mungkin tubuh seseorang perlu diberi vaksin terbaru agar immune tubuh mampu terhindar dari serangan virus ..
ReplyDeleteMencerahkan. Seperti penjelasan guru biologi waktu SMA dulu. Sayang sekali saya tidak jadi meneruskan kuliah kedokteran. Tapi saya tidak menyesal sih. Sekarang lebih asyik berkecimpung di bidang finance.
ReplyDeletePenjelasan bagi orang awam, kalau swakarantina selama kurang lebih 14 hari ternyata tubuh reaktif terhadap virus, berarti ya aman imunnya. Begitu kan?
Aku juga belum terlalu paham, apa viral challenge sama dengan virus Corona ya? Soalnya kalo sudah sembilan hari boleh keluar?
ReplyDeleteRespon imune terhadap viral challenge setelah 9 hari itu respon yang bagaimana contoh nya kak Lantana?
ReplyDeleteSebentar, ini meningkatkan imunnya gimana ya?
ReplyDeleteambil masa ni nak hadam...*peningpening hehehe
ReplyDelete