Tuesday, December 31, 2024

Titik Terendah

 



Sebuah kartu selamat liburan tergeletak di meja. Kartu yang datang dari jauh, dari seseorang yang pernah kukenal. Anakku membawanya dari rumah. Anak lelakiku, yang sangat peduli dengan diriku, apalagi saat ini, saat aku berada di titik yang terendah.


Anak lelakiku yang menginjak dewasa, yang dari kecil kudidik dan dia selalu bangga dengan diriku, maminya yang single parent. Maminya yang selalu berjuang untuknya.


Kartu dengan burung cardinal itu masih di meja, terlihat di seberang meja wajah anak lelakiku yang hensom, ia sibuk dengan henpon yang selalu ada di tangannya. Aku tidak tahu apakah ia hanya membaca artikel, nonton, atau asik bersosial media.


Dentuman dan letupan kembang api di luar terdengar jelas. Warna-warni percikan api terlihat indah dari jendela kecil kamar ini, salah satu kamar sebuah vila di wilayah suburban.


Kuusap mataku yang bengkak, aku merasa kulit dikelopak mataku mengelupas dan mengeluarkan cairan. Kupanggil anak lelakiku untuk mengambil handuk kecil dan rendam dalam air panas, kompreskan ke mataku, sehingga aku bisa melihat suasana luar dari jendela kecil ini.


Anakku membantuku, membersihkan mataku. Aku bisa  melihat sekitar dengan agak leluasa. Kuperhatikan lagi kulitku. Kulitku yang dulu putih halus mulus, yang putihnya juga didapatkan oleh anakku, kini tidak lagi kumiliki. Hampir semua permukaan kulitku bengkak dan bernanah, kemudian pecah, meninggalkan ceruk merah berdarah dan bernanah. Perih dan sakit. Kondisiku semakin parah, aku sedang menunggu hasil tes HIV RNA, karena tes darahku, salah satunya reaktive terhadap HIV. Teringat kata-kata dokter padaku, saat akan melakukan tes darah, "Bu Judith, gejala kulit yang Ibu derita sekarang ini, signnya seperti penyakit kulit yang diderita oleh penderita HIV/AIDS". Mataku beralih ke kartu di atas meja, pikiranku melayang jauh ke seseorang yang pernah kukenal.


Aku masih mendengar dentuman dan letupan kembang api, Selamat Tinggal 2024. Selamat tinggal tahun-tahun sebelumnya. Selamat tinggal tahun-tahun gemerlapku.


3 comments:

  1. lekas sembuh mbak, semoga di 2025 selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan untuk sekeluarga

    ReplyDelete
  2. Terharu membaca tulisan ini Mbak.
    Semoga saja Mbak lekas sembuh dan sehat kembali seperti sedia kala.

    Salam,

    ReplyDelete
  3. Selamat Tahun Baru 2025. Semoga Tuhan memberkati kita semua dengan kesehatan yang baik untuk menjalani tahun yang baru.
    Tetap semangat !

    ReplyDelete

@eerlinda2005