Monday, August 10, 2020

Psychiatric 15. Menderita karena sakit namun penyakit itu tidak eksis (Pertama)

Sekedar ilustrasi: Koridor penghubung antara pesanggrahan dan convent

Hal ini sebenarnya sangat umum, karena terkadang kita merasakan sakit, tapi setelah ke dokter dan semua dicek, termasuk lab, dokter bilang kita tidak apa-apa, dan kita puas, bahwa kita tidak sakit. Tapi bagaimana kalau sebaliknya, “rasa” sakit makin menjadi-jadi parah dokter bilang sehat dan hasil ceking dan lab normal. Kalau ini berlangsung lama dan sangat mengganggu, bisa dimasukkan ke salah satu disorder dari Somatic Symptom and Related Disorder pada DSM-5.

Ada ga di antara temans yang pernah dituduh memiliki penyakit “hypochondriasis”? Saya adalah satu penderita hypochondriasis ini, menurut teman sih. Hypochondriasis itu adalah merasakan sakit yang berlebih-lebihan dari sakit yang sebenarnya.

Waktu itu saya merasakan ada kelainan di jantung, kalau berbaring saya mendengar detak jantung saya begitu kuat dan cepat, mengakibatkan saya sering terbangun dari tidur, saya juga sering merasakan sesak di dada. Pergi ke dokter, cek sana sini dan uji lab, dan waktu itu hasilnya jantung saya normal. Tapi saya ga percaya, tetap aja rasa sesak, sakit, dan takut mati mendadak, saya menderita dan katakutan hampir setahun, terus saya lupa, setelah 4 tahun saya cek lagi, dokter bilang saya berada di borderline hypertension. OMG, ketakutan saya ternyata berdampak memperburuk kondisi tubuh sendiri. Benar juga ustadz bilang, kalau takut kamu berlebihan, justru ketakutan itu yang kamu dapatkan.

Satu lagi alasan kenapa teman saya mengatakan saya pesakitan hypochondriasis, itu lho, kalau lagi mau “datang bulan” ampyuun deh sakit, rasanya tubuh mau terpenggal antara atas dan bawah, nyeri, mau marah terus, ngalahin temper tantrumnya dedek bayi, bawaannya malaaasss. Padahal kalau saya lupa, saya sih okay aja. Benar juga kata para ahli, seksi untuk kategori penyakit ini didominasi oleh kaum hawa.

Hypochondriasis merupakan salah satu term yang digunakan di DSM-4 dan DSM-4 TR, namun istilah ini tidak ditemukan di DSM-5. Apa saja Somatic Symptom and Related Disorder pada DSM-5? Berikut ini saya ringkaskan sebagai catatan untuk persiapan test psychiatric nanti.

So, beberapa kategori yang berada dibawah Somatic Symptom and Related Disorder meliputi: Somatic Symptom Disorder, Illness Anxiety Disorder, Conversion Disorder, dan Other Specified Somatic Symptom and Related Disorder (termasuk Pseudocyesis atau false believe menjadi hamil berkaitan dengan tanda-tanda obyektif dan laporan gejala kehamilan).

Somatic Symptom Disorder 

Kriteria diagnosa Somatic Symptom Disorder menurut DSM-5 yaitu pikiran, perasaan, dan prilaku yang berlebih-lebihan berkaitan dengan gejala somatik atau berkaitan dengan kesehatan yang dimanifestasikan oleh minimal satu dari berukut ini:
-Pikiran yang ngotot, terus menerus, dan tidak setimpal tentang keseriusan gejala-gajala sakitnya.
-Kecemasan tingkat tinggi yang terus menerus tentang kesehatan dan gejalanya.
-Mencurahkan energi dan waktu yang berlebih-lebihan terhadap gejala atau kesehatannya.
Meskipun salah satu dari gejala somatik barangkali tidak berkelanjutan saat ini, namun ia menyatakan adanya gejala secara terus menerus (biasanya lebih dari 6 bulan).
Satu atau lebih gejala somatik sangat mengganggu dan merusak kehidupan sehari-hari.

Bersambung ke: Psychiatric 16. Menderita karena sakit namun penyakit itu tidak eksis (Kedua)

7 comments:

  1. Apakah Hypochondriasis itu sama dengan Somatic Symptom Disorder kak Lantana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. DSM-4 dan DSM-4 TR menggunakan istilah hypochondriasis, namun DSM-5, yang kita gunakan sekarang, hypochondriasis ini tidak digunakan lagi, karena dipilah menjadi dua, yaitu Somatic Symptom disorder dan Illness Anxiety Disorder.
      Ya, artinya ya sama aja :)

      Delete
  2. Saya kurang paham kalo masalah istilahnya, tapi teman saya ada yang pernah bilang dadanya sakit kayak ditusuk paku, tapi kalo di Rontgen tak ada apa-apa. Katanya sih dia dikerjai oleh saingannya dalam dagang. Apakah itu sebenarnya cuma gejala psikologis?

    ReplyDelete
  3. Waktu itu saya merasakan ada kelainan di jantung, kalau berbaring saya mendengar detak jantung saya begitu kuat dan cepat, mengakibatkan saya sering terbangun dari tidur,

    kalau time tidur pun boleh terjaga, jelas ia bukan perkara yang boleh dipandang enteng... kena segera bertindak...

    ReplyDelete
  4. Wah, mengerikan juga ya mbak, penyakit yang tak nampak tapi dirasakan diri kita? Setelah dicek sana-sini ternyata hasilnya bagus semua. Berarti ini pikiran dan jiwa kita mesti selarsa dengan raga. Ga boleh apa2 berlebihan ya. TFS.

    ReplyDelete
  5. Eh iya bener kak Lantana, aku kalau mens tuh kadang sakit banget, tp kalau lupa lagi mens, mood lagi bagus lupa tuh kalau mens itu sakit, everything is ok. hahaha

    ReplyDelete
  6. Wah kebetulan ada teman kantor yg mirip ini, terlalu cemas akan kondisi tubuhnya. Tapi emg orgnya panikan mb. Klo ada kerjaan gk beres dia kayak overthinking gitu

    ReplyDelete

@eerlinda2005