Saturday, August 1, 2020

Psychiatric 11. Mengenal Obat-obatan Psikotropik

Obat-obatan (Credit: Srock/Getty Images)

Umumnya obat-obatan psikotropik berkerja dengan menaikkan atau menurunkan aktifitas sistem neurotransmitter-receptor tertentu. Berikut ini beberapa kelas obat-obatan psikotropik secara garis besar:

Obat-obatan antianxiety dan hipnotik
Gamma-aminobutyric acid (GABA) adalah mayor inhibitory (calming) neurotransmitter di central nervous system. Yang paling sering digunakan untuk antianxiety adalah benzodiazepine dan belakangan lebih cenderung antidepressant.

Obat-obatan antidepressant
Bukti sepertinya membuktikan bahwa neurotransmitter norepinephrine dan serotonin memerankan peranan penting dalam meregulasi mood. Sehingga diperkirakan bahwa defisiensi transmisi dari salah satu atau kedua monoamine di atas limbik sistem otak dapat menyebabkan depresi.

Mood stabilizer
Keampuhan lithium sebagai mood stabilizer sudah terbukti sejak lama. Tentang lithium sudah didiskusikan pada Psychiatric 8.

Obat-obatan anticonvulsant.
Anticonvulsants (antiepileptics or AEDs) membantu menormalkan impuls elektrik saraf di sepanjang sel-sel saraf untuk membantu mencegah atau men-treat kejang (seizure). Di saat otak bekerja secara normal sel sarah berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan sinyal elektrik yang terkontrol antara satu sel saraf ke sel saraf lainnya. Hal ini menyampaikan ke tubuh untuk melakukan apa saja yang perlu dilakukan atau yang diinginkan untuk dikerjakan.
Selama kejang (seizure) sebuah perubahan pada level sinyal elektrik sel saraf dari normal berlebihan atau tidak normalnya jumlah sinyal-sinyal saraf. Penyebabnya bisa saja karena cedera otak, stroke, tumor otak, genetik, masalah metabolik atau keracunan. Obat ini bisa juga digunakan untuk nerve pain dan bipolar disorder.

Obat-obatan antipsychotic
Obat-obatan dapat mengurangi atau meredakan gejala psikosis seperti delusi (false belief) dan halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada). Dulunya dikenal sebagai tranquilizer dan neuroleptic. Obat ini banyak digunakan untuk Schizophrenia. Sekarang obat ini juga digunakan untuk pasien psikotik disorder, seperti bipolar disorder, depresi, dan Alzheimer's disease. Juga untuk mengurangi anxiety dan mengurangi tics pada pasien Tourette syndrome.

Obat-obatan antipsikotik dibagi menjadi generasi pertama dan generasi kedua berdasarkan pada spesifik neurotransmitter reseptor afiniti dan aktifitasnya. Generasi pertama juga dikenal sebagai antisikotik konvensional. Generasi kedua atau 2nd-generation antipsychotics (SGAs) menawarkan beberapa keunggulan, tapi keduanya memberikan keampuhan yang bagus dan mengurangi kecenderungan involuntary movement disorder yang berkaitan dengan efek samping.

Saat ini SGA mencapai sekitar 95% diresepkan untuk antipsikotik di US. Namun resiko metabolik sindrom seperti kelebihan lemak perut, insulin resisten, dislipidemia, dan hipertensi, lebih besar pada SGA daripada konvensional Antipsikotik. Beberapa antipsikotik pada kedua kelas tersebut dapat menyebabkan long QT syndrome dan akhirnya meningkatkan resiko arrhythmia fatal, obat ini meliputi thioridazine, haloperidol, olanzapine, risperidone, dan ziprasidone.

Obat yang diberikan untuk ADHD
Anak-anak dan orang dewasa mengalami ADHD (attention deficit hyperactive disorder) memperlihatkan gejala jarak perhatian yang pendek, impulsive, dan over active. Untuk mengatasi hal di atas diberikan obat psikostimuli methylpenidate (Ritalin) dan dextroamphetamines (Adderall). Mengingat efek samping dari obat tersebut adalah agitasi, buruknya proses berpikir, darah tinggi, dan kemungkinan penyalahgunaan, maka untuk penderita ADHD usia 6 tahun ke atas diberikan obat nonstimuli atomoxetine hydrochloride (Strattera) dengan efek samping rendahnya nafsu makan, turunnya berat badan, lelah, dan pusing.

Obat untuk Penderita Alzheimer's
Penyakit Alzheimer's merupakan progresif degenerasi struktur otak, ada dua major pengobatan secara pharmachological. Yang pertama adalah usaha untuk mencegah atau mengurangi degenerasi struktur, sejauh ini pendekatan atau pengobatan ini tidak memperlihatkan keberhasilan. Yang kedua, usaha untuk menjaga tetap normalnya fungsi otak sejauh mungkin.

Pengobatan herbal
Banyak di antara kita yang percaya bahwa pengobatan herbal lebih aman karena ia natural dan hampir tidak ada efek samping, dan tidak membuat kantong menjerit. Ada beberapa herbal yang mendapatkan uji klinis seperti kava kava dan St, John's wort. Banyak juga obat herbal yang tidak mengobati, malah sebaliknya, menyebabkan kematian jika digunakan dalam waktu lama atau diminum bersamaan dengan obat herbal lain atau obat yang diresepkan dokter.

4 comments:

  1. Sepertinya obat anti depresan dan mood stabilizer itu kadang diminum oleh para selebriti atau sosok terkenal yang depresi dengan tekanan ya mbak.

    Yang aman memang sepertinya pengobatan herbal ya.😊

    ReplyDelete
  2. obat Melantonin yang dulu sering saya minum termasuk Psikotoprik nggak yah.. tapi kayanya nggak. hhahahaha
    Balik ke herbal skrang mah.. Masuk angin, tolak angin udh paling ampuh... haha

    ReplyDelete
  3. bagi golongan anti-vaccine ubat-ubatan ini mereka anggap seperti sampah. pernah terjadi, mereka jumpa doktor dan selepas dapat ubat, mereka terus buang dalam tong sampah... kes ini jadi viral suatu ketika dulu di sini...

    ReplyDelete
  4. Yang bikin heran sih kok obat2an seperti ini bisa dengan mudah didapat secara umum ya? Kayak artis2 atau orang terkenal gitu kan mengonsumsi ini dg alasan sebagai penenang. Hhmm..?

    ReplyDelete

@eerlinda2005